Halaman

Selasa, 03 Juli 2012

Bentuk atau golongan masyarakt (Matakuliah Sosiologi)



Pembahasan

A.Masyarakat Tradisional
          seiring Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang mengalami pergeseran ciri-ciri lokalnya dengan melebarnya batas-batas interaksi dan ilmu pengetahuan lainnya dan masih menggunakan alat-alat teknologi yang yang sederhana, fola pemikiran mereka belum dipengaruhi bentuk teknologi canggih dengan system pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijumpai pada daerah-daerah pedalaman di Indonesia. Mereka menggunakan dongeng sebagai sarana penting untuk menjelaskan eksistensi dan intensitas diri serta kelompok sosialnya. Dongeng tidak saja sebagai pengetahuan tentang dunia dan mengungkapkan gagasan atau ide-ide dan nilai-nila, melainkan memahamkan dunia kepada orang lain dan mewariskan nilai-nilai tersebut ssecara turun-temurun  ke generasi-generasi.
            Intensitas sosial yang makin meningkat menimbulkan perubahan bentuk kewajiban sosial antara anggota masyarakat. Meskipun kepemimpinan lokal masih penting dan masih di pakai  dalam hubungan dengan dunia luar telah menyebabkan munculnya keyakinan tentang sesuatu hal dan sprenatural. Dalam hal ini diperlukan komunikasi, karna komunikasi berperan besar dalam proses transisi masyarakat tradisional menjadi transisi.
            Masyarakt tradisional sebenarnya telah mengalami shock cultural setelah mengenal hal-hal baru dari luar komunikasinya. Ini dapat disaksian pada pemberian nama anak yang sudah lepas dari budaya lokalnya, cara berpakaian dan penggunaan bahasa. Ini ada upaya untuk mengiterpretasikan diri dengan masyarakat lain yang dianggapma maju, sehingga ikatan-ikatan tradisional mengalammi perubahan bebas kontrol, sehingga ikatan-ikatan tradisional dan lembaga-lembaga adapt mulai melemah karna mulai diganti oleh kebebasan untuk memilih dan mengambil keputusan secaara individu.[1]
             Cirri-ciri masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:
ü  Tingkat perkembangan iptek renddah sehingga produksi barang dan jasa juga rendah.
ü  Jumlah anggota relative kecil.
ü  Tingginya buta hurup.
ü  Pembagian kerja dan spekulasi sederhana.
ü  Sedikit sekali diperensiasi sosial.
ü   Tidak banyak beorganisasi dalam kebudayaan.
ü   Memiliki orde atau aturan yang sama.
ü  Hidup terpisah jauh dari keramaian.
ü  Kehidupan sosial besipat statis.
ü  Kehhidupan lebih cenderung tertutup dan bergantung pada alam dan nasiib.
ü  Takut dengan hal-hal baru yang belum mereka kenal.
ü  Percaya  kapada tahayul  atau hal yang berbau mistik.
Dengan adanya ciri-ciri itu dapat  membedakan antara satu karakter manusia yang hidup dalam suatu masyarakat yang tidak di punyai oleh masarakat yang tidak termasuk kedalam masyarakt tradisional.[2]

B. Masyarakat Transis
          Masyarakt transisi adalah masyarakat yang mengalami perkembangan dari situasi yang awalnya tradisional dan secara berangsur-angsur sudah mulai mengalami perkembamgan kehidupan baik dalam tatanan sosial maupun struktur sosial. Dalam masyarakat terjadi yang namanya proses dinamis sehingga dapat di katakana masyarakt tidak bisa di mengerti. Perubahan ini di sebabkan adanya keinginan dari setiap individu ataupun sekelompok orang yang ingin berubah dan telah mngalami perkembangan pemikiran kearah yang lebih baik. Perubahan itu bisa dilihat dari struktur sosialnya, sikap dan prilaku serta cara pandang mereka dalam menapsirkan sesuatu. Kehidupan mereka belum dikatakan modern tapi khidupan mereka mangarah ke pada modern, bukan tidak mungkin bila suatu saat mereka mengalami kehidupan moderen. Dari segi pembangunan, masyarakat ini belum mempunyai banyak gedung-gedung mewah seperti masyarakat modern dan mal-mal tempat rekreasi belum begitu banyak, yang mengalami perubahan di bentuk bangunan pemerintahannya saja dan pada tempat umumnya hanya sebagian kecil,tapi dari pusat perdagangan masyarakat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya dan mampu mengadakan hubungan perdagangan dengan daerah lain untuk memasok makanan atau kebutuhan guna memenuhi kehidupan mereka.
            Setiap masarakat mempunyai kebudayaan tersendiri, kebudayaan masyarakat transisi sudah mulai berkembang, mereka sudah berangsur-angsur meninggalkan kepercayaan yang di pegang oleh nenek moyang mereka yang menyembah sesuatu yang tidak rasional, mereka sudah mulai tidak percaya kepada mitosbahkan kebudayaan yang bersipat seni mereka lestarikan dan jika perlu mereka memperkenalakan kedaerah lain agar mereka mempunyai identitas diri. Di samping itu masyarakat ini peka dan terbuka sekali terhadap hal-hal baru.[3]
            Ciri-ciri masyarakat transisi adalah:
ü  Kehidupan masyaraktnya sudah berubah dari situasi  yang tadinya tradisional
ü  Sudah mengenal pembangunan
ü  Alat yang di pakai dalam kehidupan sehari-hari sudah agak berjual beli mahal
ü  Kebudayaanya sudah baru
ü  Sudah mengenal kesejahteraan hidup
ü  Struk sosialnya mengalami perobahan
ü  Daya fakir individu yang mengarah pada tujuan hidup yang sejahtera
ü  Jalur akses perdagangan dan jalan wilayah mereka sudah akses cepat
ü  Dalm pemenuhan kebutuhan dan kehidupan mereka tidak dikatakan kuno lagi.

C. Masyarakat Modern
masyarakat modern adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Hubungan antar orang telah digantikan dengan kehadiran media dan barang-barang elektronik. Dalam sebuah keluarga modern, bisa jadi anak bukan merupakan pewaris tradisi keluarganya, tetapi dia mewakili tradisi yang jauh lebih besar yang datang dari negara maju, seperti Amerika atau Jepang. Hal itu terjadi karena pusat pembentukan karakter dan orientasi anak tidak lagi pada orang tua, tetapi pada pusat-pusat kekuasaan baru yang mengendalikan sistem sosial dan moral, seperti televisi, internet, dan handphone.
          Disuatu tempat di mana penduduknya berasal dari daerah-daerah yang Di kawasan perkotaan, masyarakat modern bercorak multietnis. Mereka mengalami problematika dalam interaksi sosial karena bermukim berbeda. Tiap-tiap orang memiliki masa lalu yang berbeda-beda dan ikatan-ikatan tradisional cenderung tidak berlaku karena pengalaman tradisional antar etnis tidak dapat dikomunikasikan. Dengan demikian, masyarakat modern membutuhkan simbol universal dari tata nilai yang pernah diimajinasikan bersama.[4]
             Ciri-ciri masyarakat moderen adalah:
ü  Hubungan antar manusia dilakukan atas kepetingan bersama.
ü  Hubungan dengan masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling mempengaruhi.
ü  Percaya kepada iptek yang membawa kesejahteraan masyarakat.
ü  Masyarakat digolongkan menurut propesi dan keahlian.
ü  Tingkat pendidikan tinggi dan merata.
ü  Hokum yang berlaku adalah hokum yang tertulis.
ü  Ekonomi yang di gunakan adalah ekonomi pasar dengan menggunakan uang sebagai  alat tukarnya.[5]
Pembangunan pada masyarakat modern sudah berdiri bangunan mewah yang serba dilengkapi dengan kemudahan kebutuhan dan pasilitas. Gedung-gedung rekreasi sudah menjadi moderen dalam kehidupan sehari-hari yang membudaya pada masyarakat yang luas dan kehidupan mereka yang disekitar mereka dihadiri dengan kemewahan dan  barang-barang yang serba butuh keahlian untuk memakainya.

PENUTUP

A. Kesipulan
      Masyarakat tradisional yang masih berpegang pada kondisi lamanya dan masyarakat transisi masyarakat yang menglami perkembangan dalam status sosial dan struktur sosialnya yang mana mereka masih mengalami perkembangan dari dari tradisional menjadi thab yang nerangsur keluar dari tradisional. Sedangkan masyarakat modern yang meletakkan alat-alat canggih dalam kehidupan sehari-hari mereka dan boleh dikatakan dalam setiap ruangan dan sudut masyarakat di lengkapi alat-alat canggih yang di tuntut penggunaannya.


B.Saran
            Semua yang kami tulis dalam makalah ini adalah berdasarkan sumberyang telah ada dan kami rangkum kembali, oleh sebab itu bagi pembaca dan dosen pembimbing kami mengharapkan kritik dan saran untuk membangun kearah yang lebih baik di mmasa yang akan datang.












[1] Htt, masyarakat tradisional dan moderen. com
[2] W.B Werteim, Masyarakt Indonesia Dalam Transisi, (Yokyakarta, PT. Tiara Wacana Yokya, 1999), hlm 25
[3] W.B Werteim, opcit, hal 31
[4] Htt, masyarakat tradisional dan moderen. com
[5] W. B Werteim, Opcit, hal 28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar