Halaman

Selasa, 03 Juli 2012

teori-teori pembangunan


PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Semua pembangunan menyangkut bahkan ditujukan untuk masyarakat. Pembangunan masyarakat  tidak  saja bermaksud membina hubungan dan kehidupan setiap orang untuk hidup bermasyarakat, malainkan juga untuk membangun masyarakat karena setiap satuan masyarakat  mempunyai kekuatan tersendiri yang disebut community power.
Di Indonesia, pembangunan masyarakat memegang peranan yang penting sekali, bukan saja karena masyarakat Indonesia yang Bhinneka atau karena berbagai kelompok penduduk yang dalam bahasa administrasi pembangunan dinamakan pradesa dan perlu dimasyarakatkan, melainkan karena hal itu diamanatkan dalam GBHN , disana ditetapkan bahwa pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, sebagian besar non-pertanian, dan sangat berbasis perkotaan. Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. 


PEMBAHASAN

A.  Teori W.W. Rostow
Dalam teori Rostow di jelaskan bahwa modernisasi merupakan proses bertahap, dimana masyarakat akan berkembang dari masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap masyarakat dengan konsumsi tinggi. Rostow  membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk menyebut kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis modern. Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain.
Pembangunan menurut Rostow dikenal dengan lima tahap pembangunan yaitu:             
a.    Masyarakat Tradisional
Ilmu pengetahuan pada masyarakat ini masih belum banyak dikuasai. Karena itu, masyarakat semacam ini masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan di luar kekuasaan manusia. Manusia dengan demikian tunduk kepada alam, belum bisa menguasai alam. Akibatnya, produksi masih sangat terbatas. Masyarakat ini cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi. Tidak ada investasi. Pola dan tingkat kehidupan generasi kedua pada umumnya hampir sama dengan kehidupan generasi sebelumnya.


b.    Masyarakat Transisional
Masyarakat tradisional, meskipun sangat lambat, terus bergerak. Pada suatu titik,dia mencapai posisi transisional. Biasanya, keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat yang sudah lebih maju. Perubahan ini tidak datang karena factor-faktor internal masyarakat tersebut, karena pada dasarnya masyarakat tradisional tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri. Campur tangan dari luar ini menggoncangkan masyarakat tradisional itu. Di dalamnya mulai berkembang ide pembaharuan.

c.    Lepas Landas
Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang mengalami proses pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang berjalan wajar, tanpa adanya hambatan yang berarti seperti ketika pada periode prakondisi untuk lepas landas. Pada periode ini, tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10% dari pendapatan nasional atau lebih. Juga, industri-industri baru mulai berkembang dengan sangat pesat. Keuntungannya sebagian besar ditanamkan kembali ke pabrik yang baru. Sektor modern dari perekonomian dengan dmikian jadi berkembang.
Dalam pertanian, teknik-teknik baru juga tumbuh. Pertanian menjadi usaha komersial untuk mencari keuntungan dan bukan sekedar untuk konsumsi. Peningkatan dalam produktivitas pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam proses lepas landas, karena proses modernisasi masyarakat membutuhkan hasil pertanian yang banyak, supaya ongkos perubahan ini tidak terlalu mahal.

d.   Bergerak ke Kedewasan
 Lepas landas, akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut antara 10% sampai 20% dari pendapatan nasional selalu diinvestasikan ke Bali, supaya bisa mengatasi persoalan pertambahan penduduk.  Industry berkembang dengan pesat. Negara ini memantapkan posisinya dalam perekonomian global: barang-barang yang tadinya diimpor sekarang diproduksikan di dalam negeri; impor baru menjadi kebutuhan, sementara ekspor barang - barang baru mengimbangi impor.
Sesudah 60 tahun sejak sebuah negara lepas landas ( atau 40 tahun setelah periode lepas landas berakhir),tingkat kedewasaan biasanya tercapai. Perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi teknik - teknik produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi. Yang diproduksikan bukan saja terbatas pada barang konsumsi, tetapi juga barang modal.

e.    Konsumsi Masal Tinggi
Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri juga berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama.
Pada periode ini, investasi untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Pada titik ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus. Seperti halnya teori-teori modernisasi lainnya, didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Titik terpenting dalam gerak kemajuan dari masyarakat yang satu ke yang lainya adalah periode lepas landas.[1]

1)   Kelebihan dari Teori Rostow
1.    Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1) masyarakat tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat tinggal landas, 4) masyarakat kematangan pertumbuhan dan 5) masyarakat dengan konsumsi biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada pengambil kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah dan prasyarat dari pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak Negara berkembang menerapkan teori ini dalam pembangunan mereka.
2.    Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a.    Dana investasi dari pajak yang tinggi
b.    Dana invesatasi dari pasar uang atau pasar modal
c.    Melalui perdagangan internasional
d.   Investasi langsung modal asing

2)   Kekurangan teori Rostow
1.    Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
2.    Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dan sebagainya
3.    Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka sulit menuju kemajuan yang diharapkan.
4.    Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat pada kehancuran yang mendalam seperti misalnya terjadi di Indonesia

B.  Teori Max Weber
Pemikiran max weber yang dapat berpengaruh pada teori perubahan sosial adalah dari bentuk rasionalisme yang dimilki. Dalam kehidupan masyarakat barat model rasionalisme akan mewarnai semua aspek kehidupannya. Pada dasarnya orang barat hidup dengan pola pikiran rasional yang ada perangkat alat yang dimiliki dan kebudayaan yang mendukung kehidupannya.
Bagi weber, dalam masyarakat ada pengelompokkan berdasarkan kepentingan tertentu, yaitu berdasarkan ekonomi, kondisi dan kepentingan sosial dan kepentingan politik. Dasar dari pengelompokkan itu adalah kesadaran kelas, yang pada awalnya ada pada kesadaran individu untuk kepentingan bersama.
Konsep kelas sebetulnya bukan dari kekuasaan ekonomi itu sendiri, munculnya kekuasaan ekonomi berasal dari power bidang lain (seperti politik). Seringkali keinginan untuk mendapatkan kekuasaan di tentukan oleh sosial owner, tetapi memang tidak semua orang butuh kehormatan sosial.
1)   Rasionalitas
Meliputi empat model yang ada dikalangan masyarakat:
a.    Tradisional rationality: perjuangan nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat, yang sering di kenal adanya aplikasi nilai, setiap kegiatan selalu berhubungan orientasi nilai kehidupan. Sehingga norma hidup bersama tampak lebih kokoh berkembang. Contoh: upacara perkawinan yang menjadi tradisi hampir semua kelompok etnis indonesia.
b.    Value oriented rationality: suatu kondisi dimana masyarakat melihat nilai sebagai potensi hidup, sekalipun tidak aktual dalam kehidupan keseharian. Kebiasaan ini didukung oleh prilaku kehidupan agama serta kebudayaan masyarakat yang berakar dalam kehidupan.
c.    Affective rationality: jenis rational yang bermuara dalam hubungan emosi yang sangat mendalam, dimana ada relasi hubungan khusus yang tidak bisa di terangkan di luar lingkaran tersebut. Misalnya: hubungan suami istri, ibu – anak, dan lain-lain. Jika suami atau istri nyata-nyata bersalah, maka pasangannya selalu berusaha membantu.
d.   Purposive rationality: bentuk rational yang paling tinggi dengan unsur pertimbangan pilihan yang rasional sehubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipilihnya. Dari banyaknya segi rationality hanya ada satu unsur rationalitas yang populer yang banyak diikuti oleh masyarakatnya, sebagai contoh: rasionalitas ekonomi seringkali menjadi pilihan utama di banyak masyarakat.

2)   Etika protestan
Reformasi Protestan yang berlaku pada abad ke-16 dan abad ke-17 telah mencetuskan pembentukan doktrin Calvinisme yang dilihat berbeda sekali dengan amalan dan doktrin-doktrin dalam ajaran dan fahaman Katolik Ortodoks yang bersifat kuno dan konservatif.
Protestan calvinis, merupakan dasar pemikiran etika protestan yang menganjurkan manusia untuk selalu bekerja keras, hidup berhemat serta terbiasa menabung. Bagi orang kristen pandangan ini di pacu karena ada kepanikan dikalangan manusia tidak masuk sorga. Tuhan hanya akan memberi peluang kepada hambanya yang berani jujur, berani, dan ulet.
Max Weber berpendapat bahwa etika Protestan merupakan faktor penting di dalam kejayaan ekonomi kumpulan Protestan pada peringkat awal-awal kapitalisme berlaku di Eropa. Karena Calvinisme telah berjaya mengajar masyarakat bahwa pekerjaan merupakan suatu panggilan dan suruhan Tuhan (calling of God) dan oleh karena itu masyarakat perlu menghargai masa, bersikap rasional dalam berfikir dan bertindak, senantiasa berorientasi untuk kejayaan masa depan, sentiasa berhemat dalam menjalankan kegiatan ekonomi sehari-hari karena hanya merupakan etika-etika yang amat sesuai dengan doktrin-doktrin dalam aliran Kristen terutamanya aliran paham Protestan.
Selain itu, Max juga berpendapat bahwa etika Calvinisme mempengaruhi tindakan golongan Protestan dalam proses memajukan diri dan masyarakat sebuah tamadun apabila mereka berupaya untuk keluar dari kepompong agama semata-mata seperti yang ditekankan oleh golongan katolik di mana hal duniawi dianggap sebagai suatu yang tidak bermoral sedangkan hakikatnya setiap manusia perlu bijak dalam membagikan hal keagamaan dan duniawi seperti yang telah ditetapkan oleh aturan alam dan Tuhan sendiri. Malah pembentukan masyarakat dan kejayaan Kapitalisme di Eropa  adalah hasil dari kewujudan etika Calvinisme dan Protestan yang membuka mata masyarakat supaya tidak hanya mementingkan hal-hal keagamaan semata-mata.[3]
Weber membedakan, kalau ajaran katolik seperti yang di ajukan Santo Thomas Aquino, melihat kerja sebagai suatu keharusan demi kelanjutan hidup, maka calvinisme melihat kerja sebagai panggilan hidup atau ‘beruf. Bekerja bukanlah sekedar memenuhi keperluan, tetapi tugas yang suci. Bekerja juga pensucian sebagai kegiatan agama yang menjamin kepastian akan keselamatan, orang yang tidak bekerja adalah orang yang mengingkari sikap hidup agama dan melarikan diri dari agama. Sukses hidup, yang di hasilkan dari kerja keras, bisa pula di anggap sebagai pembenaran bahwa ia, si pemeluk, adalah orang yang terpilih.
Dengan demikian terjalinlah hubungan antara etika protestan dengan semangat kapitalisme, hal ini dimungkinkan oleh proses rasionalisme dunia, penghapusan usaha magic yaitu suatu manipulasi kekuatan supranatural, sebagai alat untuk mendapat kekuatan.[4]
Etika protestan tersebut dijadikan sebagai dasar kepada doktrin yang membantu kepada perkembangan Kapitalisme di Eropa. Perkembangan Kapitalisme yang wujud telah menyebabkan negara Eropah memiliki infrastruktur sosial yang baik, ekonomi yang sangat kukuh yang membantu membentuk proses peradaban tersendiri sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan, pemikiran masyarakat dan kemajuan teknologi maklumat yang semakin pesat.

PENUTUP

1.      Kesimpulan
Pembangunan merupakan sebuah proses yang disengaja menuju perubahan yang telah direncanakan. Dalam pembangunan ada sebuah upaya yang dilakukan untuk mencapai perencanaa yang telah disusun sedemikian rupa.  Untuk mengetahui bagai mana pembangunan, maka teori mengenai pembangunan perlu diketahui yaitu teori pembangunan WW. Rostow dan Max Weber yang menyatakan bahawa proses pembangunan berbentuk tahapan yang dimulai dari tahap masyrakat tradisonal, transisional, lepas landas dan konsumsi masal tinggi (Rostow). Lanjut yang dikatan oleh Max Weber yang dikenal dengan teorinya etika protestan bahwa manusia dituntut untuk bekerja keras, jujur dan ulet dan ini merupakan perintah dari Tuhan yang harus diyakini. Untuk hidup bahagia di akhirat maka mereka harus kaya didunia.

2.      Saran
Dengan mengenali teori yang dikemukakan oleh Rostow dan Weber jelaslah bahwa pembangunan bermaksud merubah dari satu keadaan ke keadaan yang berikutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Salim Agus. 2002. Teori Perubahan  Sosial. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Budiman Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

http// Weber dan Etika Calvinism-Protestanism : Amirah Binti Sa'don



[1] Budiman, Arief., Teori Pembangunan Dunia Ketiga, (Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 2000)
[2] Diadaptasi dari http://teacherweb.ftl.pinecrest.edu                                                                   

[3]http// Weber dan Etika Calvinism-Protestanism : Amirah Binti Sa'don
[4] Agus Salim, Teori Perubahan  Sosial,PT. Tiara Wacana Yogyakarta. 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar