Halaman

Kamis, 21 Juni 2012

bagaimana orang luar belajar kemiskinan


A.      Bagai mana orang luar belajar
Orang luar adalah orang yang berada diluar pedesaan yang tidak hidup di Desa tersebut dan tidak terlibat sebelumnya dengan aktifitas Desa. Namun banyak cara yang di lakukan orang luar untuk mengetahui prihal kemiskinan di pedesaan. Kebanyakan orang luar menggunakan survai lapangan dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan atau kuesioner. Dari data yang didapat tersebut kemudian dipergunakan oleh para ahli perencana, statistik dan ahli ekonomi untuk mengembangkan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk berdiri diantara dua kutup budaya tersebut.
Penelitian dengan kuesioner seringkali memerlukan banyak waktu dan lebih mahal  dari pada yang dibutuhkan. Terkadang banyak dari kuesioner itu di jawab dengan alakadarnya dan Cuma-Cuma, sehingga data yang dihasilkan menggambarkan masyarakat sebagai orang yang miskin dan bodoh, padahal sama sekali tidak. Maka ada sebagian kaum propesional atau orang luar menggunakan metode penelitian yang betul-betul memberikan dan tambahan pengetahua, seperti penelitian yang bersifat mengabungkan antara ilmu sosial, ilmu kesehatan dan pengetahuan alam. Penelitian yang dilakukan dengan cara membaurkan diri ditengah masyarakat akan menghasilkan data dan temuan-temuan yang mendalam dari permasalahan masyarakat.
Orang luar meneliti keadaan masyarakat pedesaan dengan berbagai cara. Secara umum dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu jenis penilaian yang kurang formal dan waktu lebih singkat dan penilaian yang formal dan waktu yang lebih lama. Sumber kegiatan penelitian banayak sekali, sebagian dibiaya oleh oleh pemerintah,  yayasan, badan pemberi bantuan dan ada juga yang dibiayai oleh kelopok pelaksana untuk keperluan sendiri.
B.       Dua kutub budaya
Antara orang laur terdapat perbedaan antara apa yang dikehendaki kelompok pelaksana dengan kelompok ilmuan. Salah satunya dalam pelaksanaannya. Apa yang dianggap penting oleh kelompok pelaksana, tidak begitu menarik oleh kelompok ilmuan. Dari kedu pendapat itu benar, para pelaksana bertanggung jawab atas hasil yang dicapai. Sedangkan para ilmuan bertanggung jawab atas kejelasan pemahaman permasalahannya.
Untuk mengenengahi dari dua kesenjangan tersebut serta sebagai jembatannya, maka kelompok pertama sebagai yang membiayai menerapkan kedisiplinan dan membrikan perhatian dan unpaya kelompok dua. Tetapi sulit terlalu menekan nilai-nilai kebebasan penelitian dan analisa dalam keilmuan. Sebab kelompok ilmuan terbiasa dengan kerangka waktu yang lebih longgar dan kurang suka terikat oleh waktu. Kebiasaan ini berakar dari perguruan tinggi dimana, ketika terlambat menyerahkan skrifsi itu biasa saja dan dimaafkan. Tetapi berbeda dengan kelompk pelasana, mereka bekerja dengan terikat waktu dan harus siap dengan waktu yang telah di tergetkan.ketidak mampuan ilmuan untuk mengelolah suatu pekerjaan, semakin mendesak penelitian keurutan belakang, mangapa tidak penelitian yang baik dan efektif adalah memerlukan waktu yang lama dan penelitinya pun tingal disana. Hal itu tidak sejalan dengan desakan yang dirasakan kelompok pelasana yang segera mendapatkan hasil.
C.      Kuesioner yang menjadi tumpuan
Mengapa harus kuesioner yang menjadi tumpuan? Inilah pertanyaan awal yang ada di fikiran saya. Metode umum yang digunakan para peneliti adalah survai dengan kuesioner. Tujuan penelitiannya bermacam-maca, ada yang bergerak di bidang programm-program pertanian, keluarga berencana dan semua aspek kehidupan sosial masyarakat. Kecenderungan kelompok ilmuan menggunakan survai kuesioner karena metode ini adalah jembatan antara dua kutub budaya yang berbeda antara kelom[ok pelaksana dan ilmuan dalam perencanaan. Bagi para ilmuan perencanaan merupakan suatu kebijasanaan jangka menengah dan panjang. Namun disetiap perencanaan memerluakan data penduduk dan karakteristik masyarakat yang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh. Untuk memperoleh data tersebut maka digunakan survai kuesioner  untuk menjangkau populasi yang sangat banyak.
Para ilmua penelitian alam mengatakan, penelitian dibidang sosial seharusnya angapan dan hipotesisnya sesuai dengan kaidah-kaidah da tradisi ilmu yang ketat seperti yang berlaku pada ilmu alam. Survai dengan kuesioner yang diolah secara statisti misalnya, agak memenihu ppersyaratan ini. Banyak orang yang sudah memaklumi kelemahan-kelemahan survai kuesioner. Kecuali apabila kuesioner di lakukan atau disusun dengan hati-hati dan berdasarkan pendalaman tentang masyarakat pedesaan. Kebanyakan survai berdasarkan pemikiran dan konsep orang luar, sehingga dalam kuesioner itu disisipkan paksaan, penafsiran mengenai suatu gambaran penafsiran.
Kesenjangan antara konsep-konsep dan pola pikir kelompok propesional dari kota dengan rakyat pedesaan yang miskin, bisa sangat besar sehingga pertanyaan yang disusun mengandung pengetahuan yang mengubah atau memalsukan kenyataan yang sebenarnya di alami masyarakat miskin itu sendiri.
D.      Menjadi Budak Survai
Budak survai adalah orang yang bekerja melakukan penelitian di sebuah desa, budak survai tersebut  adalah orang yang membantu seorang peneliti dalam melakukan penelitian, pengumpulan data  dan fakta dalam bentk informasi, pengolahan data dan penganalisaan data sampai pada aktivitas yang memberikan hasil yang berguna bagi pengembangan desa dari sebuah penelitian, makanya seorang peneliti butuh asisten atau budak sebagai kerjasama dalam membantunya, terkadangpun ada seorang peneliti menjadi budak survai dengan terjun langsung kelapangan mengumpulkan data dan fakta, belum lagi batasan waktu hasil penelitian telah ditetapkan dengan target tertentu.

E.       Temuan yang menyesatkan
Banyak sekali survai-survai yang mengandung kepalsuan yang akan menjatuhkan nilai survai. Namun tidak semuanya jelek, karena masuh ada survai-survai mengandung nilai kebenaran, kadang dilakukan telaah lebih mendalam. Ada hasil survai yang dikatakan baik tapi memprihatikan. Karena mengandung laporan yang kurang atau berlebiha, sehingga menyembunyikan keadaan-keadaan yang sebenarnya. Jika kita melakukan upaya pemeriksaan ulang dengan bersungguh-sungguh dan hati-hati maka kesalah-kesalahan besar akan terungkap.
F.       Survai-survai yang bermanfaat
Survai yang digunakan melalui kuesioner bukanlah tidak digunakan lagi, melaikan kegiatan ini melalui kelemahan keterbatasan,  kurang handal, dan kearifan sebanyak yang diketahui oleh umum. Maka survai yang bermamfaat harus melibatkan beberapa disiplin ilmu dan menggunakan cara-cara pengukuran selain kuesioner dan ada baiknya mengikutsertakan ilmu sosila dan pengetahuan alam karena dengan penelitian ini akan melenyapkan mitos yang terus hidup.
G.      Penghayatan total: lama dan lenyap
Melalui pendekatan antropologi sosial karena akan berkaitan dengan observasi, partisipasi, dan bertanya, juga membuat kita memahami hubungan historis, ekonomi, sosial dan politik serta kecenderungan dalam desa-desa penelitian, antropologi pembangunan dan mencari hal-hal praktis untuk disumbangkan demi pengambangan masyarakat, mendapat pengakuan yang seluas mungkin. Orang antropologi sosial dapat berbuat banyak untuk membantu penduduk desa terutama orang desa yang sangat miskin.
H.      Keefiktipan biaya (Cost Effectiveness)
Metode survai secara luas dan metode survai peleburan dari keseluruhan dalam masyarakat menimbulkan pertanyaan tentang keefektifan biaya dalam penelitian. Untuk itu sebelum melakukan penelitian permasalahannya ditentukan terlebih dahulu dan ditentukan tujuannya. Metodenya merupakan pertimbangan keefektifan biaya untuk mepercepat tujuan tersebut.
Dalam menghitung keefetifan biaya, terdapat liku-liku yang harus diperhatikan, tidak mudah untuk menjumlahkan biaya-biaya untuk gaji atau upah, pengangkutan, kertas. Untuk itu upaya yang perlu dilakukan adalah menelaah cara-cara dimana masyarakat desa yang miskin memperoleh mamfaat dari penelitian. Ada tiga cara yaitu:
1.        Pengunaan data langsung dalam pelaksanaan operasional
2.        Perubahan dalam kesadaran  pengetahuan dan pemahaman orang-orang luar yang mengarah pada prilaku
3.        Meningkatkan kesadaran dan kemampuan penduduk desa yang miskin itu sendiri.
Keedektifan biaya harus menghasilkan danfak, karena dengan dengan begitu menurut analisa tentang keuntungan dan kerugian antara kualitas dan kuantitas dengan relevansi, penilaian sering berdampak kecil karena laporan tidak relevan atau sesuai.
Untuk kasus-kasus keefektifan biaya yang sukar dipastikan. Maka upaya mendapat mamafaat maksimal diperlukan sikap keterbukaan terhadap informasi yang didapatkan, pemikiran bercabang,  dan kemampuan untuk untuk memperhatikan serta menangani hal-hal ridak terduga untuk itu dua hal yang harus dihindari yaitu:
1.        Keangkuahan sifat yang rabun dekat dan lambat dalam menghimpun fakta
2.        Kegemaran seekor kupu-kupu untuk hinggap dari bunga yang satu kebunga yang lain.
Perubahan kesadaran, pengetahuan, dan tingkat kepahaman orang laur terjadi dengan berbagai cara, kegiatan dan suvai sedikit sekali menghasilkan data statistik yang bertahan dalam ingatan dan membawakan dampak. Kadang kala kita terpengaruh oleh angka-angka itu. Persentase atas hasil dan statistik, untuk itu untuk memperbaiki golongan miskin itu sendiri  harus berusaha mengidentifikasi dan memahami proses-proses kaitan dan peluang-peluang bagi perubahan. Dengan begitu untuk mencapai hasil yang lebih baik melalui pendekatan antropologi yang terbuka untuk sejumlah besar informasi untuk flexsibel untuk terus mentelaah lebih lanjut hal-hal yang timbul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar