A.
Bagai mana orang
luar belajar
Orang
luar adalah orang yang berada diluar pedesaan yang tidak hidup di Desa tersebut
dan tidak terlibat sebelumnya dengan aktifitas Desa. Namun banyak cara yang di
lakukan orang luar untuk mengetahui prihal kemiskinan di pedesaan. Kebanyakan
orang luar menggunakan survai lapangan dengan menggunakan sejumlah daftar
pertanyaan atau kuesioner. Dari data yang didapat tersebut kemudian
dipergunakan oleh para ahli perencana, statistik dan ahli ekonomi untuk
mengembangkan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk berdiri diantara dua kutup
budaya tersebut.
Penelitian
dengan kuesioner seringkali memerlukan banyak waktu dan lebih mahal dari pada yang dibutuhkan. Terkadang banyak
dari kuesioner itu di jawab dengan alakadarnya dan Cuma-Cuma, sehingga data
yang dihasilkan menggambarkan masyarakat sebagai orang yang miskin dan bodoh,
padahal sama sekali tidak. Maka ada sebagian kaum propesional atau orang luar
menggunakan metode penelitian yang betul-betul memberikan dan tambahan
pengetahua, seperti penelitian yang bersifat mengabungkan antara ilmu sosial,
ilmu kesehatan dan pengetahuan alam. Penelitian yang dilakukan dengan cara
membaurkan diri ditengah masyarakat akan menghasilkan data dan temuan-temuan
yang mendalam dari permasalahan masyarakat.
Orang
luar meneliti keadaan masyarakat pedesaan dengan berbagai cara. Secara umum
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu jenis penilaian yang kurang formal dan
waktu lebih singkat dan penilaian yang formal dan waktu yang lebih lama. Sumber
kegiatan penelitian banayak sekali, sebagian dibiaya oleh oleh pemerintah, yayasan, badan pemberi bantuan dan ada juga
yang dibiayai oleh kelopok pelaksana untuk keperluan sendiri.
B.
Dua kutub budaya
Antara
orang laur terdapat perbedaan antara apa yang dikehendaki kelompok pelaksana
dengan kelompok ilmuan. Salah satunya dalam pelaksanaannya. Apa yang dianggap
penting oleh kelompok pelaksana, tidak begitu menarik oleh kelompok ilmuan.
Dari kedu pendapat itu benar, para pelaksana bertanggung jawab atas hasil yang
dicapai. Sedangkan para ilmuan bertanggung jawab atas kejelasan pemahaman
permasalahannya.
Untuk
mengenengahi dari dua kesenjangan tersebut serta sebagai jembatannya, maka
kelompok pertama sebagai yang membiayai menerapkan kedisiplinan dan membrikan
perhatian dan unpaya kelompok dua. Tetapi sulit terlalu menekan nilai-nilai
kebebasan penelitian dan analisa dalam keilmuan. Sebab kelompok ilmuan terbiasa
dengan kerangka waktu yang lebih longgar dan kurang suka terikat oleh waktu.
Kebiasaan ini berakar dari perguruan tinggi dimana, ketika terlambat
menyerahkan skrifsi itu biasa saja dan dimaafkan. Tetapi berbeda dengan kelompk
pelasana, mereka bekerja dengan terikat waktu dan harus siap dengan waktu yang
telah di tergetkan.ketidak mampuan ilmuan untuk mengelolah suatu pekerjaan,
semakin mendesak penelitian keurutan belakang, mangapa tidak penelitian yang
baik dan efektif adalah memerlukan waktu yang lama dan penelitinya pun tingal
disana. Hal itu tidak sejalan dengan desakan yang dirasakan kelompok pelasana
yang segera mendapatkan hasil.
C.
Kuesioner yang
menjadi tumpuan
Mengapa harus
kuesioner yang menjadi tumpuan? Inilah pertanyaan awal yang ada di fikiran
saya. Metode umum yang digunakan para peneliti adalah survai dengan kuesioner.
Tujuan penelitiannya bermacam-maca, ada yang bergerak di bidang programm-program
pertanian, keluarga berencana dan semua aspek kehidupan sosial masyarakat.
Kecenderungan kelompok ilmuan menggunakan survai kuesioner karena metode ini
adalah jembatan antara dua kutub budaya yang berbeda antara kelom[ok pelaksana
dan ilmuan dalam perencanaan. Bagi para ilmuan perencanaan merupakan suatu
kebijasanaan jangka menengah dan panjang. Namun disetiap perencanaan
memerluakan data penduduk dan karakteristik masyarakat yang dapat memberikan
gambaran secara menyeluruh. Untuk memperoleh data tersebut maka digunakan
survai kuesioner untuk menjangkau
populasi yang sangat banyak.
Para ilmua
penelitian alam mengatakan, penelitian dibidang sosial seharusnya angapan dan
hipotesisnya sesuai dengan kaidah-kaidah da tradisi ilmu yang ketat seperti
yang berlaku pada ilmu alam. Survai dengan kuesioner yang diolah secara
statisti misalnya, agak memenihu ppersyaratan ini. Banyak orang yang sudah
memaklumi kelemahan-kelemahan survai kuesioner. Kecuali apabila kuesioner di
lakukan atau disusun dengan hati-hati dan berdasarkan pendalaman tentang
masyarakat pedesaan. Kebanyakan survai berdasarkan pemikiran dan konsep orang
luar, sehingga dalam kuesioner itu disisipkan paksaan, penafsiran mengenai
suatu gambaran penafsiran.
Kesenjangan
antara konsep-konsep dan pola pikir kelompok propesional dari kota dengan
rakyat pedesaan yang miskin, bisa sangat besar sehingga pertanyaan yang disusun
mengandung pengetahuan yang mengubah atau memalsukan kenyataan yang sebenarnya
di alami masyarakat miskin itu sendiri.
D.
Menjadi Budak
Survai
Budak
survai adalah orang yang bekerja melakukan penelitian di sebuah desa, budak
survai tersebut adalah orang yang membantu seorang
peneliti dalam melakukan penelitian, pengumpulan data dan fakta dalam bentk informasi, pengolahan
data dan penganalisaan data sampai pada aktivitas yang memberikan hasil yang
berguna bagi pengembangan desa dari sebuah penelitian, makanya seorang peneliti
butuh asisten atau budak sebagai kerjasama dalam membantunya, terkadangpun ada
seorang peneliti menjadi budak survai dengan terjun langsung kelapangan
mengumpulkan data dan fakta, belum lagi batasan waktu hasil penelitian telah
ditetapkan dengan target tertentu.
E.
Temuan yang
menyesatkan
Banyak
sekali survai-survai yang mengandung kepalsuan yang akan menjatuhkan nilai
survai. Namun tidak semuanya jelek, karena masuh ada survai-survai mengandung
nilai kebenaran, kadang dilakukan telaah lebih mendalam. Ada hasil survai yang
dikatakan baik tapi memprihatikan. Karena mengandung laporan yang kurang atau
berlebiha, sehingga menyembunyikan keadaan-keadaan yang sebenarnya. Jika kita
melakukan upaya pemeriksaan ulang dengan bersungguh-sungguh dan hati-hati maka
kesalah-kesalahan besar akan terungkap.
F.
Survai-survai
yang bermanfaat
Survai
yang digunakan melalui kuesioner bukanlah tidak digunakan lagi, melaikan
kegiatan ini melalui kelemahan keterbatasan,
kurang handal, dan kearifan sebanyak yang diketahui oleh umum. Maka
survai yang bermamfaat harus melibatkan beberapa disiplin ilmu dan menggunakan
cara-cara pengukuran selain kuesioner dan ada baiknya mengikutsertakan ilmu
sosila dan pengetahuan alam karena dengan penelitian ini akan melenyapkan mitos
yang terus hidup.
G.
Penghayatan
total: lama dan lenyap
Melalui
pendekatan antropologi sosial karena akan berkaitan dengan observasi,
partisipasi, dan bertanya, juga membuat kita memahami hubungan historis,
ekonomi, sosial dan politik serta kecenderungan dalam desa-desa penelitian,
antropologi pembangunan dan mencari hal-hal praktis untuk disumbangkan demi
pengambangan masyarakat, mendapat pengakuan yang seluas mungkin. Orang
antropologi sosial dapat berbuat banyak untuk membantu penduduk desa terutama
orang desa yang sangat miskin.
H.
Keefiktipan biaya
(Cost Effectiveness)
Metode
survai secara luas dan metode survai peleburan dari keseluruhan dalam
masyarakat menimbulkan pertanyaan tentang keefektifan biaya dalam penelitian.
Untuk itu sebelum melakukan penelitian permasalahannya ditentukan terlebih
dahulu dan ditentukan tujuannya. Metodenya merupakan pertimbangan keefektifan
biaya untuk mepercepat tujuan tersebut.
Dalam
menghitung keefetifan biaya, terdapat liku-liku yang harus diperhatikan, tidak
mudah untuk menjumlahkan biaya-biaya untuk gaji atau upah, pengangkutan,
kertas. Untuk itu upaya yang perlu dilakukan adalah menelaah cara-cara dimana
masyarakat desa yang miskin memperoleh mamfaat dari penelitian. Ada tiga cara
yaitu:
1.
Pengunaan
data langsung dalam pelaksanaan operasional
2.
Perubahan
dalam kesadaran pengetahuan dan
pemahaman orang-orang luar yang mengarah pada prilaku
3.
Meningkatkan
kesadaran dan kemampuan penduduk desa yang miskin itu sendiri.
Keedektifan
biaya harus menghasilkan danfak, karena dengan dengan begitu menurut analisa
tentang keuntungan dan kerugian antara kualitas dan kuantitas dengan relevansi,
penilaian sering berdampak kecil karena laporan tidak relevan atau sesuai.
Untuk
kasus-kasus keefektifan biaya yang sukar dipastikan. Maka upaya mendapat
mamafaat maksimal diperlukan sikap keterbukaan terhadap informasi yang
didapatkan, pemikiran bercabang, dan
kemampuan untuk untuk memperhatikan serta menangani hal-hal ridak terduga untuk
itu dua hal yang harus dihindari yaitu:
1.
Keangkuahan
sifat yang rabun dekat dan lambat dalam menghimpun fakta
2.
Kegemaran
seekor kupu-kupu untuk hinggap dari bunga yang satu kebunga yang lain.
Perubahan
kesadaran, pengetahuan, dan tingkat kepahaman orang laur terjadi dengan
berbagai cara, kegiatan dan suvai sedikit sekali menghasilkan data statistik
yang bertahan dalam ingatan dan membawakan dampak. Kadang kala kita terpengaruh
oleh angka-angka itu. Persentase atas hasil dan statistik, untuk itu untuk
memperbaiki golongan miskin itu sendiri
harus berusaha mengidentifikasi dan memahami proses-proses kaitan dan
peluang-peluang bagi perubahan. Dengan begitu untuk mencapai hasil yang lebih
baik melalui pendekatan antropologi yang terbuka untuk sejumlah besar informasi
untuk flexsibel untuk terus mentelaah lebih lanjut hal-hal yang timbul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar