Masih Adakah Eksistensi Mahasiswa Sebagai
Agen Of Change
Oleh : Muhammad Haris
Add caption |
Mahasiswa
diselogankan dengan kelompok yang melakukan perubahan, bila kembali kepada
sejarah masa lalu, banyak hal yang telah trukir dimasa lalu, dengan niat dan
tekat yang baik semua mahasiswa melakukan pembangunan dengan perubahan.
Mahasiswa berbondong-bondong,
turun kejalan-jalan menyuarakan perubahan. Sampai mempengaruihi sistem politik
ketika itu. Sungguh besar pengaruh kaum muda, sampai merubah sistem
pemerintahan dari orde baru (sistem demokrasi terpimpin) menjadi sistem demokrasi
yang bersimbolkan kekuatan dan aspirasi dari masyarakat.
Bila kembali
kepada pemuda sekarang yang diidentik dengan rata-rata mahasiswa yang kuliah di
perguruan tinggi baik negeri dan swasta, semuanya juga mempunyai selogan Agen
Of Change, mereka mengatas namakan dan punya pemahaman bahawa diri mereka
adalah agen perubahan. Tentu niat dan konsep ini baik untuk didukung dan patut
diacungkan jempol.
Dengan kata
lain konsep ini masih dipertahankan semenjak mahassiwa itu menjadi pembangun
bangsa hingga sekarang. Namun cukup ironis bila sekarang ini banyak mahasiswa
yang melakukan perubahan, semuanya dikatakan perubahan. Perubahan boleh saja
tetapi tidak melanggar etika-etika, nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Boleh saja semua dikatakan perubahan baik dari yang dilihat baik ataupun yang
dilihat tidak baik. Tetapi jika berbicara perubahan dalam masyarakat dan kaidah
nilai atau norma tentu perubahan itu mengarah kepada yang dilhat baik atau
kepada yang baik.
Banyak dari
mahasiswa eksistensinya dalam masyarakat tidak dirasakan perubahannya oleh masyarakat,
sehingga menjadi orang yang termarjinalkan. Dari sisi kehidupannya ditengah
masyarakat mahasiswa tidak mampu lagi melihat perubahan yang mengarah kepada
pembangunan yang memperbaiki etika dan nilai-nilai generasi bangsa ini.
Di dunia
kampus atau fakultas tempat mereka menuntut ilmu, banyak dijumpai norma-norma
dan etika kesopanan yang tidak lagi terlihat. Baik ketika berjumpa (interaksi)
dan belajar dengan dosennya. Tidak menjaga pasilitas kampus dengan baik,
merokok disembarang tempat dan tidak menjaga kebersihan. Sebagai mana mahasiswa
yang dikatakan kaum intelek sangat tidak menyukai hal itu, tetapi apa yang
terjadi belakangan ini, itu lah faktanya, banyak lagi permasalahan lain yang perlu
kita ungkap dari sisi kehidupan mahasiswa yang kita lihat ini adalah hal yang
biasa-biasa saja. Bila suatu pekerjaan dilakukan terus menerus, akan menjadi
kebiasaan dan kebiasaan akan dilakukan berulang-ulang meskipun itu buruk.
Mahasiswa suka
mengkritik orang lain, menganggap orang lain salah dalam mengambil kebijakan
dan perlu bercermin diri, apakah kita sebgai mahasiswa sudah bercermin diri dan
membuka mata ini untuk melakukan kewajiban kita secara insan akademik. Secara
akademik kita belum bagus tetapi sudah memperbaiki orang lain dengan kita juga
dalam keadaan yang tidak benar,, tentu hal ini tidaklah baik secara logika.
Inilah yang
menjadi perhatian buat semua kalangan mahasiswa, untuk merubah pola fikir agar
menjadi lebih baik, buktikan kepada diri ini bahwa kita memang pantas sebagai
penakluk diri dan bangsa. Bukan saja datang kekampus sebgai gaya-gayaan dari
modernisasi jaman sekarang. Dimana budaya kampus bukan lagi dianggap sebagai
tempat pencari ilmu tetapi hanya menghilangkan sekedar suntuk ngangur di rumah
dan malas untuk melakukan pekerjaan yang
melelahkan.
Tentu hal ini
perlu diperhatikan oleh mahasiswa, bercermin diri dari sundut pandang lain dan
melakukan perubahan dari sisi yang selama ini telah dikerjakan yang tidak memperbaiki
masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar