Halaman

Rabu, 13 Juni 2012

mahasiswa (Agen of change)


            Masih Adakah Eksistensi Mahasiswa Sebagai Agen Of Change
Oleh    : Muhammad Haris
haris.jpg
Add caption
Mahasiswa diselogankan dengan kelompok yang melakukan perubahan, bila kembali kepada sejarah masa lalu, banyak hal yang telah trukir dimasa lalu, dengan niat dan tekat yang baik semua mahasiswa melakukan pembangunan dengan perubahan.
Mahasiswa berbondong-bondong, turun kejalan-jalan menyuarakan perubahan. Sampai mempengaruihi sistem politik ketika itu. Sungguh besar pengaruh kaum muda, sampai merubah sistem pemerintahan dari orde baru (sistem demokrasi terpimpin) menjadi sistem demokrasi yang bersimbolkan kekuatan dan aspirasi dari masyarakat.
Bila kembali kepada pemuda sekarang yang diidentik dengan rata-rata mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi baik negeri dan swasta, semuanya juga mempunyai selogan Agen Of Change, mereka mengatas namakan dan punya pemahaman bahawa diri mereka adalah agen perubahan. Tentu niat dan konsep ini baik untuk didukung dan patut diacungkan jempol.
Dengan kata lain konsep ini masih dipertahankan semenjak mahassiwa itu menjadi pembangun bangsa hingga sekarang. Namun cukup ironis bila sekarang ini banyak mahasiswa yang melakukan perubahan, semuanya dikatakan perubahan. Perubahan boleh saja tetapi tidak melanggar etika-etika, nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat. Boleh saja semua dikatakan perubahan baik dari yang dilihat baik ataupun yang dilihat tidak baik. Tetapi jika berbicara perubahan dalam masyarakat dan kaidah nilai atau norma tentu perubahan itu mengarah kepada yang dilhat baik atau kepada yang baik.
Banyak dari mahasiswa eksistensinya dalam masyarakat tidak dirasakan perubahannya oleh masyarakat, sehingga menjadi orang yang termarjinalkan. Dari sisi kehidupannya ditengah masyarakat mahasiswa tidak mampu lagi melihat perubahan yang mengarah kepada pembangunan yang memperbaiki etika dan nilai-nilai generasi bangsa ini.
Di dunia kampus atau fakultas tempat mereka menuntut ilmu, banyak dijumpai norma-norma dan etika kesopanan yang tidak lagi terlihat. Baik ketika berjumpa (interaksi) dan belajar dengan dosennya. Tidak menjaga pasilitas kampus dengan baik, merokok disembarang tempat dan tidak menjaga kebersihan. Sebagai mana mahasiswa yang dikatakan kaum intelek sangat tidak menyukai hal itu, tetapi apa yang terjadi belakangan ini, itu lah faktanya, banyak lagi permasalahan lain yang perlu kita ungkap dari sisi kehidupan mahasiswa yang kita lihat ini adalah hal yang biasa-biasa saja. Bila suatu pekerjaan dilakukan terus menerus, akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan dilakukan berulang-ulang meskipun itu buruk.
Mahasiswa suka mengkritik orang lain, menganggap orang lain salah dalam mengambil kebijakan dan perlu bercermin diri, apakah kita sebgai mahasiswa sudah bercermin diri dan membuka mata ini untuk melakukan kewajiban kita secara insan akademik. Secara akademik kita belum bagus tetapi sudah memperbaiki orang lain dengan kita juga dalam keadaan yang tidak benar,, tentu hal ini tidaklah baik secara logika.
Inilah yang menjadi perhatian buat semua kalangan mahasiswa, untuk merubah pola fikir agar menjadi lebih baik, buktikan kepada diri ini bahwa kita memang pantas sebagai penakluk diri dan bangsa. Bukan saja datang kekampus sebgai gaya-gayaan dari modernisasi jaman sekarang. Dimana budaya kampus bukan lagi dianggap sebagai tempat pencari ilmu tetapi hanya menghilangkan sekedar suntuk ngangur di rumah dan  malas untuk melakukan pekerjaan yang melelahkan.
Tentu hal ini perlu diperhatikan oleh mahasiswa, bercermin diri dari sundut pandang lain dan melakukan perubahan dari sisi yang selama ini telah dikerjakan yang tidak memperbaiki masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar