Halaman

Kamis, 21 Juni 2012

kewirausahaan dalam islam


PENDAHULUAN

Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama islam, tidak banyak mengetahui akan ajaran islam tentang pekerjaan dibidang kewirausahaan atau bisnis. Pernah Rasulullah Saw. ditanya  oleh para sahabat, pekerjaan apakah yang paling baik ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, seorang bekeja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih. (HR. Al-Bazzar). Jual beli yang bersih berarti sebagian dari kegiatan profesi kewirausahaan atau bisnis. Selain itu ulama telah sepakat mengenai kebaikan pekerjaan dagang kewirausahaan (jual beli), sebagai perkara yang telah dipraktekkan sejak zaman Nabi hingga masa kini. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, Pedagang  yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama para Nabi, orang Shodiqin, dan para Syuhada. (HR.Tirmidzi dan Hakim)
Seiring perubahan zaman yang semakin berkembang diikuti juga sulitnya kita menyambung hidup dalam menapang roda ekonomi. Dalam perkembangan kehidupan bermasyarakat akan selalu diikuti oleh tiga hal perkembangan yaitu: kebutuhan hidup, ekonomi dan kependudukan.
Kehiduapan semakin berkembang seiring pola-pola kehidupan manusia yang juga berubah. Pertumbuhan ekonomi diikuti pertumbuhan kelompok pekerja dan kelompok jabatan. Lajunya pertumbuhan penduduk juga memebentuk pola-pola kehidupan manusia baru. Pada hakikatnya manusia merupakan individu-individu yang ingin berkembang dan mempunyai cita-cita ingin dapat hidup bahagia serta berkecukupan. Yang jadi pertanyaan bagaimana cara individu-individu tersebut untuk mengembangkan cita-citanya tersebut? Jawabannya, dengan mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan berwirausaha. 
Karena pada umumnya manusia wirausaha adalah orang yang memiliki potensi untuk berprestasi. Manusia wirausaha akan mampu menolong dirinya sendiri dalam mengatasi permasalah hidup. Dengan kekuatan yang ada pada dirinya, manusia wirausaha mampu berusaha untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya.
Dari sinilah dimulai cara pola pikir kita diuji bagaiman memotifasi diri kita untuk bisa berwirausaha. Sebagai manusia interpreneur untuk menciptakan mental berwirausaha harus ada keinginan dan kemauan yang kuat. Dari sinilah apa yang pas atau cocok yang sesuai dengan potensi kita untuk membuka suatu usaha, ada kaitannya dengan pembahasan makalah ini sebagai wirausahaan kita harus berpikir ke depan dalam kemajuan usaha kita nanti yaitu kita memiliki ide dan peluang bagaimana proses pembentukan usaha saat berjalan, apakah berkompeten atau tidak. 

PEMBAHASAN

A.        Pengertian Wirausaha
Istilah wirausaha berasal dari entrepreneur (Bahasa Perancis) yang diterjemahkan dalam bahasa inggris. Pengertian wirausaha menurut Joseph Schumpeter adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau pengahan bahan baku baru.  
Menurut Peter F. Drucker kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda[1]. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisas bisnis yang sudah ada. Jiwa kewirausahaan mendorong orang untuk mendirikan dan mengelolah usaha secara fropesional . Hendaknya minat tersebut diikuti dengan perencanaan dan perhitungan yang matang.

B.        Unsur Wirausaha
Unsur wirausaha mencakup beberapa unsur penting yang satu dengan yang lain saling terkait, bersinergis, dan tidak terlepas satu sama lain, yaitu:
1.      Unsur daya   pikir (kognitif).
2.      Unsur keterampilan (psikomotorik).
3.      Unsur sikap mental (afektif).
4.      Unsur kewaspadaan atau intuisi.
Dengan adanya unsur tersebut seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan termotipasi dengan mengemukakan fikiran baru dan kreatif. Satu unsur dengan unsur yang lainsaling berkaitan sehingga membentuk kolaborasi yang saling membutuhkan, unsur daya bisa berupa pengetahuan, ide dll. Tentu berkaitan erat dengan keterampilan, keterampilan itu ada berasal dari ide-ide yang ada. Untuk mengembangkan usaha tersebut maka dibutuhkan sikap mental yang positif agar tujuan yang dicapai memenuhi sasaran.

C.        Ide Dalam Kewirausahaan
Dengan membuka usaha atau berwirausaha, harga diri seseorang tidak turun tetapi sebaliknya meningkat, dari sisi penghasilan memiliki usaha sendiri jelas dapat memberikan penghasilan yang lebih baik dibandingkan menjadi pegawai. Biasanya para wirausaha selalu memiliki ide yang begitu banyak untuk menjalankan kegiatan usahanya. Telinga, mulut, dan mata selalu meberikan inspirasi untuk menangkap setiap peluang yang ada, terpikir melihat atau mendengar sesuatu selalu menjadi ide untuk dijual. Motifasi untuk maju dan semakin besar akan selalu melekat dalam hati seorang pangusaha.
Menemukan ide bisnis merupakan anugrah yang tidak terhingga karena dalam realitasnya tidak gampang menemukan ide bisnis. Namun jika ide hanya sebatas bayang-bayang, maka tetap tidak akan bisa merealisasikannya dalam bisnis yang nyata. Terkadang ide yang tidak kita realisir justru sudah dicoba lebih dahulu oleh orang lain. Dalam konteks ini, sebenarnya untuk membuat bisnis atau usaha memang dibutuhkan ide, hanya saja karena kita kaya ide, namun miskin keberanian untuk mencobanya, maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.
Itulah modal awal kita yaitu keberanian dalam memulai berwirausaha. Dengan keberanian kita dapat berpikir luas sehingga kalau sudah terpikir akan ada rintangan yang menghadang dengan keberaniaan itu rintangan tersebut akan dirubah menjadi suatu tantangan dalam berwirausaha dan akhirnya terbentuklah jiwa interpreneur. 

D.        Etika Kewirausahaan
Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat bisnis. Etika atau norma ini dilakukan agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang dilaksanakan mendapat simpati dari masyarakat dan berbagai pihak.
Etika adalah tata cara yang berhubungan dengan manusia lainnya. Tata cara pada masing-masing masyarakat memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena beragamnya budaya yang terdapat dimasyarakat yang berasal dari berbagai wilayah.
Oleh karena itu, dalam etika itu perlu ada aturan yang mengaturnya. Adapun ketentuan yang diatur dalam etika wirausaha secara umum adalah sebagi berikut:
1.      Sikap atau prilaku wirausaha harus sesuai dengan norma masyarakat di suatu wilayah tertentu.
2.      Penempilan  seorang pengusaha wirausaha harus sopan, terutama dalam acara tertentu di masyarakat.
3.      Berbicara seorang pengusaha kewirausahaan mencerminkan usaha yang dipimpinnya.
4.      Gerak-gerik atau prilaku pengusaha dapat menjadi cerminan banyak orang, kiranya dapat menjaga gerak-geriknya[2].

Kemudian etika yang harus ada dalam jiwa pengusaha kewirausahaan adaalah sebagai berikut:
1.      Tingkat kejujuran.
2.      Bertanggung jawab.
3.      Tindak ingkar janji.
4.      Disiplin dan tepat waktu.
5.      Taat hukum dan suka membantu.
6.      Mempunyai komitmen, menghormati dan meraih prestasi.
7.      Murah senyum, lemah lembut dan selalu ramah.
8.      Ceria dan pandai bergaul.
9.      Rasa memiliki perusahaan yang tinggi.

E.        Ciri-Ciri Kewirausahaan yang Berhasil
Berwirausaha tidak selalu memberikan hasil yang seperti diharapkan. Tidak sedikit pengusaha yang mengalami kerugian dan mengalami bangkrut. Namun banyak juga wira usaha yang berhasil dalam bidangnya, bahkan banyak pengusaha yang sebelumnya  hidup dengan sederhana tetapi sekarang sukses dengan ketekunannya. Berikut ini beberapa ciri kewirausaan yang dikatakan berhasil:
1.      Memiliki visi dan tuuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak kemanatujuan yang ingin dilakukan.
2.      Inisiatif dan proaktif. Ini adalah hal yang mendasar bahwa pengusaha tidak menunggu sesuatu terjadi tetapi harus segera me mulai dan mencari peluang.
3.      Berorientasi pada prestasi. Seorang pengusaha tidak merasa puas dengan hasil yang di capainya, dia selalu mengusahakan yang terbaik dari yang baik sebelumnya.
4.      Berani mengambil resiko. Ini adalah sifat yang harus dimiliki seorang wirausaha, kapan dan dimana saja berada.
5.      Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas karena waktu, dimana ada peluang disitu ia datang.
6.      Bertanggung jawab dan punya komitmen. Segala kegiatan yang di lakukan pengusaha harus punya tanggung jawab, setelah tugas itu dilaksanakan juga harus punya komitmen agar yang dilakukan tepat sasaran.
7.      Punya lerasi yang baik dengan banyak orang. Ini bertujuan untuk membentuk jaringan usaha yang lebih laus  lagi[3].

F.         Kewirausahaan Dalam Islam
Untuk meraih kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, Islam tidak hanya mengajarkan kepada pemeluknya untuk beribadah, tapi juga sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras, kendati demikian bukan berarti tanpa kendali. Antara iman dan amal harus ada interaksi. Artinya, betapapun kerasnya usaha yang dilakukan, harus selalu dalam bingkai hukum Islam. Dan salah satu kerja keras yang didorong Islam adalah berwirausaha. Kata wirausaha dalam istilah asingnya dikenal sebagai enterpreneur.
Dalam literatur ke Islaman, sosok Nabi Muhammad SAW adalah sebuah pribadi yang seluruh dimensi kehidupannya dikupas dan dikaji secara intensif dan mendalam baik oleh sejarawan Islam maupun oleh tokoh-tokoh di luar pemikir Islam. Akan tetapi kepeloporan dan ketokohan Nabi Muhammad SAW di dunia wirausaha, kreatifitasnya di dunia bisnis serta suksesnya sebagai trader dalam usia 40 tahun selalu luput dari kajian dan sentuhan yang mendalam. Dalam dunia moderen, kewirausahaan/enterpreneurship baru muncul di akhir tahun tujuh puluhan dan berkembang serta mulai diajarkan di kampus-kampus Amerika, Eropa, Jepang, Korea dan Australia. Sementara dunia Islam (khusunya Indonesia) bergelut dengan politik, dan sibuk dalam kajian-kajian fiqih dan tasauf sehingga tidak mengherankan kalau kemudian ketokohan Nabi SAW dibidang wirausaha lepas dari pengamatan.
Salah satu yang menarik dari kajian David Moors tentang kewirausahaan dalam bukunya The Enterprising, mengungkapkan bahwa ciri-ciri wirausaha adalah mengenai personality dan pelaku wirausaha itu sendiri, disamping lingkungan yang mendukungnya, juga tugas-tugas yang diemban oleh seorang wirausaha dan karir yang bisa dicapainya. Lebih lanjut katanya, Personality atau kepribadian seorang wirausaha adalah sikap yang didapatkannya sejak masa kecil yaitu sikap merdeka, bebas dan percaya diri. Ketiga sikap ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan kedua orang tua dimana peran ibu yang begitu penuh dedikasi terhadap perkembangan anaknya sangat berpengaruh. Pengaruh dari kedua orang tua juga bisa sangat menunjang atau bahkan merusak salah satu atau ketiga unsur kepribadian wirausaha seorang anak.
Viktor Kiam, seorang pakar enterpreneur, sama berkomentar bahwa jiwa enterpreneur/wirausaha perlu diberikan kepada anak sejak dibangku sekolah, karena filosofi kewirausahaan dapat melatih anak lebih mandiri, jeli melihat peluang, sehingga punya daya cipta yang lebih kreatif. Dalam konteks Islam, Nabi Muhammad SAW adalah wirausahawan sejati yang memiliki kemerdekaan, kebebasan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri melalui pengalaman yang menyenangkan ketika hidup di pedalaman dalam asuhan ibu susuannya-Halimah, dan masa pahit dan penuh kepedihan karena terlahir sebagai seorang yatim dan ditinggal ibunya-Aminah ketika ia baru berusia enam tahun. Muhammad kemudian dibesarkan oleh kakeknya yang juga tidak begitu lama bersamanya. Abu Thalib, pakcik kandungnyalah kemudian mengambil alih pengasuhan atas Muhammad yang masih berusia kurang dari 9 tahun. Dan inilah modal psikologis yang paling kokoh sebagai landasan sikap, dan prilaku wirausahawan beliau dikemudian hari dan menjadi referensi penelitian para ahli kewirausahaan, diceritakan bahwa, Muhammad baru berusia dua belas tahun ketika pergi ke Syria berdagang bersama Abu Thalib, pamannya. Ketika pamannya meninggal dunia, beliau tumbuh dan berkembang sebagai wirausahawan yang mandiri dengan melakukan perdagangan keliling di kota Makkah dengan rajin, penuh dedikasi pada usahanya.
Kecerdasan/fathonah, kejujuran/siddiq, dan kesetiaannya memegang janji/amanah, adalah sebagai dasar etika wirausaha yang sangat moderen. Dari sifat-sifat yang dimilikinya itulah maka berbagai pinjaman komersial/commercial loan tersedia di kota Makkah yang pada gilirannya membuka peluang antara Muhammad dengan pemilik modal. Salah seorang pemilik modal terbesar ketika itu adalah seorang janda kaya bernama Khadijah, yang memberikan tawaran suatu kemitraan berdasarkan pada sistem bagi hasil/profit sharing atau mudharabah. Kecerdasan Muhammad sebagai seorang wirausahawan telah mendatangkan keuntungan besar bagi Khadijah, karena tidak satupun jenis bisnis yang ditangani Muhammad mengalami kerugian.
Lebih kurang dua puluh tahun Muhammad berkiprah sebagai seorang wirausahawan sehingga beliau sangat dikenal di Syria, Yaman, Basra (Iraq), Yordania dan kota-kota perdagangan di jazirah Arabia. Dalam berbagai telaah sejarah diriwayatkan bahwa, Muhammad memulai perdagangannya pada usia tujuh belas tahun di saat Abu Thalib menganjurkan untuk berdagang sebagai cara melepaskan beban keluarga pakciknya dan beliau sendiri. Bagi seorang pemuda yang jujur dan penuh idealisme untuk melakukan kerja keras dan menjalankan perdagangan secara adil dan atas dasar suka sama suka. Dengan cara itu Muhammad percaya bahwa kalau ia jujur, setia dan profesional, maka orang akan mempercayainya. Inilah dasar kepribadian dan etika berwirausaha yang diletakkan Nabi Muhammad SAW umatnya dan seluruh umat manusia[4]. Dasar-dasar etika wirausaha yang demikian itu pula kemudian yang menyebabkan pengaruh Islam berkembang pesat sampai kepelosok bumi.
Dari sudut pandang ekonomi , ajaran dan keteladanan yang ditinggalkan Nabi Muhammad SAW semakin terasa urgensi dan relevansinya jika kita mencitacitakan terwujudnya masyarakat yang adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam berkeadilan. Prinsip bisnis moderen seperti, efisiensi, transparansi, persaingan sehat, kredibilitas, memelihara relasi melalui layanan manusiawi, dapat ditemukan dalam etika dan prilaku bisnis Muhammad sebelum menjadi Rasul. Etika bisnis memegang peranan sangat penting jika seseorang atau sekelompok orang memegang peranan yang menentukan nasib bisnis lain atau masyarakat yang lebih luas, dan mereka inilah yang disebut pemimpin atau lapisan kepemimpinan dunia usaha. Relevansi etika bisnis dan efisiensi dapat digambarkan secara sederhana. Jika seorang pemimpin menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya pasti ada yang menjadi korban, Karena wewenang yang dimiliki bersifat publik, maka rakyatlah yang dirugikan, yang pada gilirannya akan meningkatkan biaya ekonomi yang tinggi. Dalam kurun waktu sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad telah meletakkan dasar-dasar etika, moral dan etos kerja yang mendahului zamannya. Dasar-dasar etika wirausaha tersebut telah mendapat legitimasi keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Rasul. Prinsip-prinsip etika bisnis wirausaha yang diwariskan beliau dan Islam semakin mendapat pembenaran akademis.
Sayangnya, umat Islam Indonesia sepertinya tidak begitu tertarik dengan berwirausaha. Umat kita lebih condong menjadi pegawai negri. Akibatnya, sebagai umat mayoritas, kita jauh tertinggal dari umat lain dan menjadi bulan-bulanan dalam bisnis dan sebagai penonton dari kesuksesan wirausaha umat lain. Dari sudut pandang ekonomi, era global ditandai dengan aktivitas ekonomi baru, yakni perdagangan bebas dan pasar global. Berbagai kawasan dunia akan menajdi pasar dagang dan lahan investasi international secara bebas dan terbuka. Karenanya setiap individu umat Islam harus mulai berpikir dan berinteraksi dengan individu atau kelompok untuk berwirausaha dan menjalin kerjasama dalam bentuk kemitraan maupun persaingan sebagaimana saudara-saudara kita dari suku China yang telah sukses dan pengendali wirausaha di negri ini.Rasulullah SAW bersabda,
Tiada seorang yang makan makanan yang lebih baik dari makanan dari hasil usahanya sendiri (wirausaha). Sesunggunya Nabi Allah Daud, itupun makan dari hasil usahanya sendiri (wirausaha). H.R. Bukhari. 

G.        Anjuran Berwira Usaha Dalam Islam
Dalam islam ada beberapa usaha yang di anjurkan untuk berwirausaha, yang beberapa dari wira usaha ini ada dalam lingkungan hidup kita sekarang.
1.      Pertanian
HR. Bukhori: Tiada seorang muslim yang menabur benih atau menanam tanaman,lalu seekor burung seorang manusia atau seekor hewan ikut makan dari sebagian dari hasil tanamannya, melainkan akan dinilai sebagai sedekah baginya.
2.      Perkebunan
Sektor agrobisnis yang kedua adalah perkebunan, ada tiga kategori dalam sektor perkebunan ini yaitu perkebunan buah, bunga atau tanaman hias, obat-obatan, bahkan perkebunan murbei untuk ulat sutra bisa dilakukan.
Buah-buahan merupakan salah satu unsur makanan yang selalu dibutuhkan orang, dikonsumsi untuk memenuhi standar gizi. Hampir setiap orang baik masyarakat kecil maupun kalangan elit, selalu memerlukan buah untuk pelengkap makanan pokok.
3.      Peternakan
Usaha dibidang peternakan penuh dengan dinamika dan penuh dengan tantangan sehingga perlu penanganan khusus, karena yang dihadapi adalah makhluk hidup yang bergerak dan tentu mempunyai kekhasan masing-masing.
Dalam Al Qur'an banyak ditemukan ayat-ayat yang mengisyarakatkan umat islam untuk beternak yaitu dalam surat Thoha: 54:
 
Artinya: Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.
4.      Perikanan
Kebutuhan protein dalam tubuh manusia salah satunya dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi ikan. Kandungan protein yang cukup tinggi menjadikan ikan sebagai pilihan utama menu makanan sehari-hari bagi masyarakat.
Dalam ayat Al Qur'an mengisyaratkan agar umat islam menggali dan memanfaatkan lautan, untuk memperoleh rizki darinya, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an Surat An-Nahl: 14:
Artinya: Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.


PENUTUP

A.    Kesimpulan
Wirausaha adalah salah satu sikap yang mulai sekarang harus diterapkan kepada generasi muda indonesia. Berwirausaha mendataangkan kecerdasan dan menciptakan banyak peluang untuk lebih maju dan mengembangkan bangsa ini ke arah yang lebih maju dan baik. Berwirausaha bukan saja menciptakan berbagai kegiatan bisnis yang hanya mencari berbagai keuntungan, tetapi berwirausaha yang sesuai dengan norma agama, norma masayarakat dan punya etika dan sikap kepribadian wirausaha yang baik akan mendatang kesuksesan yang besar dalam pembangunan bangsa.
Salah satu etika dasar wirausaha dalam islam adalah punya kejujuran, cerdas dan amanah. Itulah yang diterapkan oleh nabi muhammad SAW yang menjadi panutan bagi kita semua. Degan kecerdasan kita bisa menciptakan peluang yang banyak, kemudian melakukan kegiatan bisnis itu dengan penuh kejujuran yang di ikuti degnan prilaku amanah.
Dengan cara itu, yang telah diterapkan oleh  nabi, nabi sendiri meyakini bahwa dengan kepribadian yang jujur, setia dan propesional akan menjadi wirausahaan yang baik dan berhasil serta disenangi banyak orang.

B.     Saran
Kewirausaahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk kesuksesan kita, maka ciptakanlah sesuatu itu sesuatu yang belum pernah dilakukan banyak orang. Menyesallah jika kita belum dapat membuat sesuatu yang baru yang belum dilakukan banyak orang.


DAFTAR PUSTAKA


Alma Bukhari, 2009, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta
Kasmer, 2007, Kewirausaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


[1] Kasmer, Kewirausaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h 15
[2] Ibit. h 21
[3] Ibit. h 27
[4] Bukhari Alma, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, 2009, h 270

1 komentar:

  1. sangat bermanfaat :) semangat jadi muslimpreneur. doakan ya acara entrepreneur lokal ku sukses dan bermanfaat .

    BalasHapus