Halaman

Minggu, 24 Juni 2012

pembangunan kota


Kota Moderen, Masyarakat Termarjinalkan
Oleh: Muhammad Haris

            “Masalah moral, masalah akhlak itu biasa,buang saja moral mu, peraturan sehat yang kami mau” (lirik nyanyi Iwan Pals). Dari kutipan nyanyi di atas dapat kita pahami keadaan masyarakat yang menuju perubahan ke arah moderen. Pekanbaru memasuki perubahan, dimana terdapat pasar-pasar moderen yang menghiasi pusat perbelanjaan, banyak masyarakat yang datang dan pergi untuk berbelanja, semua akses dan pasilitas yang memudahkan masyarakat dibangun untuk kesenangan pelanggan atau konsumen. Baru-baru ini, telah berdiri pusat perbelanjaan baru (Ramayana) yang terletak di jalan H.R. Subrantas panam, tidak jauh dari simpang empat arengka. Dengan gaya bangunan yang baru serta ruang parkir yang tidak begitu luas,  apalagi pembukaan baru-baru ini, mengalami diskon besar-besaran. Mengapa tidak, hal ini dilakukan sebagai ajang untuk menarik pelanggan. Karena sebagai mana yang dapat kita lihat, di pekanbaru telah banyak berdiri mal-mal tempat pusat perbelanjaan sebagai tandingan pesaing.
            Bila kita cermati letak ramayana ini sangat strategis, berada ditengah masyarakat yang ramai penduduknya. Terletak di persimpangan dan penghubung antara jalan lintas Barat. Sekarang ini, dapat kita lihat setiap kali kita melewati jalan H.R. Subrantas kita  terjebak macet, banyak kendaraan yang keluar masuk untuk berbelanja. Kondisi ini memacetkan dua jalan utama, apalagi jalan ini yang menhubungkan dua Universitas yang mencetak sumber daya manusia di Riau.
            Sepanjang jalan H.R. Subrantas dapat kita saksikan berapa banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai dagangannya, mulai dari makanan kecil samapai perabotan rumah, berjejer di sepanjang jalan ini, sejauh mata memandang pedagang kaki lima dapat kita jumpai dengan mudah, mereka bukan asli orang pekanbaru, kebanyakan dari mereka pendatang yang telah lama bermukim di daerah ini, maka dengan semangatnya mereka berusaha kecil-kecilaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sekarang di sore hari menjelang magrib dapat kita lihat para pedagang datang dengan kendaraan carteran secara berkelompok. Mereka membawa barang dagangannya untuk di jual hingga tengah malamnya.
Dahulunya jalan ini hanya di tempati oleh beberapa penduduk, seiring berjalannya waktu pemukiman penduduk semakin bertambah, para pendatang bermunculan mendiami daerah ini. Dengan berdagang mereka memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuha keluarganya. Namun, melihat kondisi sekarang ini, dengan berdirinya Ramayana yang menyediakan tempat berdagang bagi orang-orang yang memiliki modal, dengan menawarkan harga yang tentu lebih murah dari pedagang kaki lima, mengapa tidak mereka membeli barangnya langsung ke pembuat barang dengan harga yang paling awal, bila dibandingkan dengan pedagang kaki lima yang membeli barang dari distributor, dengan harga yang tetu telah bertambah dari harga awal, tetu hal ini akan membuat pesaing bagi masayarakat kecil, dan lama-lama pedagang kecil ini akan berangsur menghilang, mereka secara tidak sadar akan terpinggirkan dengan perkembangan kota yang begitu pesatnya. Kalau sudah begini, kasihan mereka yang tadinya kebutuhan keluarga terpenuhi, sekarang mereka harus pindah dan membuat usaha baru lagi dengan modal yang berkurang.
Pedagang kaki lima seperti ini, tidak begitu berat sebagai saingan oleh perusahaan asing seperti Ramayana, saat ini persaingannya dengan Giant perusahaan dari prancis. Dua perusahaan ini lah yang bersaing dan yang mengusai perdagangan di daerah ini, pemerintah telah mengizinkan perusahaan ini berdiri, dapat kita lihat mereka memonopoli perdagangan, mengapa tidak mereka adalah kaum yang bermodal, berapapun mereka bisa bayar demi mendapatkan tempat yang bernilai strategi. Sebagai mana sekarang ini, jika kita berbelanja ketempat ini, kita akan disuguhi dengan diskon harga, hal ini bertujuan mencari pelanggan. Masyarakat secara tidak sadar akan semakin jauh dan semakin termarjinalkan dengan bermunculan perusahaan baru, yang pada akhirnya kesulitan kepada pemerintah dalam menegatasi masalah sosial yang akan terjadi. Mungkin saja masalah kemiskinan atau perampokan daln lain-lain. Kita dapat memprediksi, beberapa tahun kedepan akan bediri plaza citra di persimpangan Garuda Sakti. Kita lihat bersama perkembangannya.  
Tetu hal ini adalah masalah keputusan, bagi yang berwenang lebih memperhatikan masyarakat kecil yang pertama membangun daerah ini dengan susahnya. Lebih melihat lagi kemasyarakatnya agar yang diputuskan dalam kebijakan itu tidak membawa dampak bagi masyarakat. Dalam memajukan propinsi Riau sebagai kota metro politan, tentu kita tidak harus menyakiti saudara kita yang berdiam diri sejak lama di sana. Dan selaku mahasiswa yang dikatakan kaum intelek, pernahkan menyuarakan dan memberi tahu kepada masyarakat luas, bahwa dengan berdirinya perusahaan ini secara tidak langsung masayarakat itu akan tergeser dengan sendirinya, tanpa disadari oleh kita. Adakah mahasiswa melakukan pertemuan untuk mendudukan masalah ini dengan perusahaan yang  akan di bangun, apa mamfaatnya bagi masyarakat sekitar,? yang kita sama-sama tau setiap perusahaan ada dana bantuan sosialnya. Yang setiap ada sesuatu di darerah ini, maka perusahaan ini ikut membantu. Hal Ini tidak pernah kita suarakan. Kita bisa lihat setelah perusahaan itu berdomisili, adakah pengaruhnya bagi perkembagan ekonomi masyarakat tempatan,? mungkin ini perlu menjadi bahan renungan bagi kita.
Dengan adanya keputusan dan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat kota moderen yang ingin di capai akan terwujut dengan tidak meminggirkan masyarakat. Mahasiswa sebagai kaum muda yang kritis harus aktif untuk mengkrtisi setiap yang terjadi didaerah, dengan itu akan terjadi hubungan baik antara pemerintah dan masyarakat. Dan sebagai mahasiswa telah berperan penting dalam kepedulian terhadap masyarakat.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar