Kota Moderen, Masyarakat Termarjinalkan
Oleh:
Muhammad Haris
“Masalah moral,
masalah akhlak itu biasa,buang saja moral mu, peraturan sehat yang kami mau”
(lirik nyanyi Iwan Pals). Dari kutipan nyanyi di atas dapat kita pahami
keadaan masyarakat yang menuju perubahan ke arah moderen. Pekanbaru memasuki
perubahan, dimana terdapat pasar-pasar moderen yang menghiasi pusat
perbelanjaan, banyak masyarakat yang datang dan pergi untuk berbelanja, semua
akses dan pasilitas yang memudahkan masyarakat dibangun untuk kesenangan
pelanggan atau konsumen. Baru-baru ini, telah berdiri pusat perbelanjaan baru
(Ramayana) yang terletak di jalan H.R. Subrantas panam, tidak jauh dari simpang
empat arengka. Dengan gaya bangunan yang baru serta ruang parkir yang tidak
begitu luas, apalagi pembukaan baru-baru
ini, mengalami diskon besar-besaran. Mengapa tidak, hal ini dilakukan sebagai
ajang untuk menarik pelanggan. Karena sebagai mana yang dapat kita lihat, di
pekanbaru telah banyak berdiri mal-mal tempat pusat perbelanjaan sebagai
tandingan pesaing.
Bila kita cermati letak ramayana ini
sangat
strategis, berada ditengah masyarakat yang ramai penduduknya. Terletak di
persimpangan dan penghubung antara jalan lintas Barat. Sekarang ini, dapat kita
lihat setiap kali kita melewati jalan H.R. Subrantas kita terjebak macet, banyak kendaraan yang keluar
masuk untuk berbelanja. Kondisi ini memacetkan dua jalan utama, apalagi jalan
ini yang menhubungkan dua Universitas yang mencetak sumber daya manusia di Riau.
Sepanjang jalan H.R. Subrantas
dapat kita saksikan berapa banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai
dagangannya, mulai dari makanan kecil samapai perabotan rumah, berjejer di
sepanjang jalan ini, sejauh mata memandang pedagang kaki lima dapat kita jumpai
dengan mudah, mereka bukan asli orang pekanbaru, kebanyakan dari mereka
pendatang yang telah lama bermukim di daerah ini, maka dengan semangatnya
mereka berusaha kecil-kecilaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sekarang
di sore hari menjelang magrib dapat kita lihat para pedagang datang dengan
kendaraan carteran secara berkelompok. Mereka membawa barang dagangannya untuk
di jual hingga tengah malamnya.
Dahulunya
jalan ini hanya di tempati oleh beberapa penduduk, seiring berjalannya waktu pemukiman
penduduk semakin bertambah, para pendatang bermunculan mendiami daerah ini. Dengan
berdagang mereka memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuha keluarganya.
Namun, melihat kondisi sekarang ini, dengan berdirinya Ramayana yang
menyediakan tempat berdagang bagi orang-orang yang memiliki modal, dengan
menawarkan harga yang tentu lebih murah dari pedagang kaki lima, mengapa tidak
mereka membeli barangnya langsung ke pembuat barang dengan harga yang paling
awal, bila dibandingkan dengan pedagang kaki lima yang membeli barang dari
distributor, dengan harga yang tetu telah bertambah dari harga awal, tetu hal
ini akan membuat pesaing bagi masayarakat kecil, dan lama-lama pedagang kecil
ini akan berangsur menghilang, mereka secara tidak sadar akan terpinggirkan
dengan perkembangan kota yang begitu pesatnya. Kalau sudah begini, kasihan
mereka yang tadinya kebutuhan keluarga terpenuhi, sekarang mereka harus pindah
dan membuat usaha baru lagi dengan modal yang berkurang.
Pedagang
kaki lima seperti ini, tidak begitu berat sebagai saingan oleh perusahaan asing
seperti Ramayana, saat ini persaingannya dengan Giant perusahaan dari prancis.
Dua perusahaan ini lah yang bersaing dan yang mengusai perdagangan di daerah
ini, pemerintah telah mengizinkan perusahaan ini berdiri, dapat kita lihat mereka
memonopoli perdagangan, mengapa tidak mereka adalah kaum yang bermodal, berapapun
mereka bisa bayar demi mendapatkan tempat yang bernilai strategi. Sebagai mana
sekarang ini, jika kita berbelanja ketempat ini, kita akan disuguhi dengan
diskon harga, hal ini bertujuan mencari pelanggan. Masyarakat secara tidak
sadar akan semakin jauh dan semakin termarjinalkan dengan bermunculan
perusahaan baru, yang pada akhirnya kesulitan kepada pemerintah dalam
menegatasi masalah sosial yang akan terjadi. Mungkin saja masalah kemiskinan
atau perampokan daln lain-lain. Kita dapat memprediksi, beberapa tahun kedepan
akan bediri plaza citra di persimpangan Garuda Sakti. Kita lihat bersama
perkembangannya.
Tetu
hal ini adalah masalah keputusan, bagi yang berwenang lebih memperhatikan
masyarakat kecil yang pertama membangun daerah ini dengan susahnya. Lebih
melihat lagi kemasyarakatnya agar yang diputuskan dalam kebijakan itu tidak
membawa dampak bagi masyarakat. Dalam memajukan propinsi Riau sebagai kota metro
politan, tentu kita tidak harus menyakiti saudara kita yang berdiam diri sejak
lama di sana. Dan selaku mahasiswa yang dikatakan kaum intelek, pernahkan
menyuarakan dan memberi tahu kepada masyarakat luas, bahwa dengan berdirinya
perusahaan ini secara tidak langsung masayarakat itu akan tergeser dengan
sendirinya, tanpa disadari oleh kita. Adakah mahasiswa melakukan pertemuan
untuk mendudukan masalah ini dengan perusahaan yang akan di bangun, apa mamfaatnya bagi
masyarakat sekitar,? yang kita sama-sama tau setiap perusahaan ada dana bantuan
sosialnya. Yang setiap ada sesuatu di darerah ini, maka perusahaan ini ikut
membantu. Hal Ini tidak pernah kita suarakan. Kita bisa lihat setelah
perusahaan itu berdomisili, adakah pengaruhnya bagi perkembagan ekonomi masyarakat
tempatan,? mungkin ini perlu menjadi bahan renungan bagi kita.
Dengan
adanya keputusan dan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat kota moderen
yang ingin di capai akan terwujut dengan tidak meminggirkan masyarakat. Mahasiswa
sebagai kaum muda yang kritis harus aktif untuk mengkrtisi setiap yang terjadi
didaerah, dengan itu akan terjadi hubungan baik antara pemerintah dan
masyarakat. Dan sebagai mahasiswa telah berperan penting dalam kepedulian
terhadap masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar