PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dewasa ini orang mulai mempelajari
bahasa yang halus dan lembut serta yang tepat dalam memajukan usahanya,
khusunya dalam dunia usaha atau pebisnis. Diharapkan dengan bahasa yang
demikian membuat konsumen terpengaruh. Begitu juga dengan pemimpin, baik
pemimpin yang terkecil sampai dengan pemimpin besar.
Pemimpin yang di kenal dengan Leadership memiliki power yang berguna
untuk mempengaruhi banyak orang, memanajemen sebuah organisasi, memberi tugas,
arahan dan bimbingan kepada bawahannya, tanpa retorika yang baik, tidak ada
pengaruh. Maka retorika sangat dibutuhkan sorang kepemimpinan, dalam
pembangunan dan kemajuan usaha. Retorika buka hanya sekedar berbahasa dan
berbicara seperti di warung kopi, di tengah temah sepermainan, tetapi
benar-benar menggunakan bahasa yang berusaha memikat dan membuat orang tertarik
untuk mendengar, membaca dan mengikutinya.
Dalam pembahasan ini dijelaskan
pentingnya retorika dalam kepemimpina, faktor apa saja yang ada dalam retorika
kepemimpinan dan dimana letak retorika dalam kepemimpinan tersenut.
PEMBAHASAN
A.
Retorika Dalam Kepemimpinan
Retorika adalah seni berbicara dan
menggunakan bahasa yang baik dengan maksud mempengaruhi orang lain agar orang
lain mau melakukan apa yang kita sampaikan (ada power). Dalam retorika, ada dua
aspek yang harus di ketahui, yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan
bahasa dengan baik[1]. Oleh karena itu, retorika
harus di pelajari bagi siapa saja yang ingin menggunakan bahasa dengan cara
yang baik untuk tujuan tertentu. Seperti dalam kepemimpinan, Retorika merupakan
ilmu dasar dalam kepemimpinan, maka setiap pemimpin harus punya dasar dan
kemampuan beretorika, karena retorika adalah seni berbicara, bukan saja sebuah
seni tapi bagai mana seni itu bisa berpengaruh dan mempengaruhi oranng lain,
kalau dalam kepemimpinan adalah bawahan yang ia pimpin, bisa membuat mereka
giat dalam bekerja, menyegani atasannya dan dengan pengaruh pemipin bisa mebuat
yang dipimpin termotipasi dan senang dengan kehadiran pemimpin. Selain itu, seorang
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya atau masyarakat luas harus mempunyai
bahasa yang baik dan benar, disebut dengan retorika[2].
Kepemimpinan atau Leadership
merupakan fungsi manajemen atau administrasi untuk menggerakkan organisasi dan memotivasi bawahan
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk
menggerakkan organisasi itu butuh seorang prmipin sebagai orang yag terdepan[3]. Menurut Dalton Mc. Farland bahwa “Leadership as the process by which and executive imaginativevely
direct, guides, or influences the work of others, in choosing and attaining
particular ends (Kepemimpinan sebagai suatu proses
dimana pimpinan digambarkan akan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan
atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan)”.
Kita semua adalah pemimpin, baik
pemimpin dalam ruang lingkup yang besar seperti memimpin sebuah Negara,
memimpin perusahaan, memimpin usaha dan bisnis, kelurahan , dusun, RT dan RW,
juga sebagai kepala keluarga atau pemimpin keluarga. Semua itu, butuh
komunikasi atau retorika yang baik dalam mengatur, memajukan dan mempertahankan
Negara, perusahaan dan sampai dengan keluarga, seorang pemimpin yang dalam
keluarganya sering berantem karean tidak baiknya retorika dalam berkomunikasi
yang di sampaikannya, maka pemimpin ini belum dikatakan berhasil meski diya
berhasil memimpin orang lain, keberhasilannya itu adalah keberhasilan yang
palsu, maka retorika mengantarkan kita sebagai pemimpin yang berbicara dengan
istri sebagai pelaksana rumah tangga, jika retorika dalam keluarganya benar dan
baik, berbicara sopan, santun, anggun, dan jujur dengan menyentuh hati dari
yang kita ajak berbicara maka kepemimpinan di keluarganya berhasil,
apalagi jika diya memimpin perusahaan atau masyarakt[4].
Banyak kita jumpai para pemimpin yang
tidak ramah kepada yang diya pimpin,suka pecat orang sebelum bagun tidur, kalau
berbicara tegas tanpa senyum, sehingga bawahannya selaku yang diya pimpin
merasa tidak enak dan nyaman, akhirnya tidak memberikan sumbangsih yang baik
kepada Negara atau perusahaan. ini menandakan retorika mereka sebagai pemimpin
tidak berpengaruh dan bahkan tidak didengarkan oleh yang diya pimpin[5].
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan itu merupakan seni dan proses pengarahan dan bimbingan
terhadap kegiatan kerja seseorang atau kelompok karyawan dalam menjalankan
kegiatan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan mempunyai 3 syarat :
a. Skill (kecakapan).
b. Power and Authority (kekuasaan dan
wewenang/otoritas.
c. Gezag/Goodwill (kewibawaan)
Skill (kecakapan) adalah sejumlah pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui belajar formal maupun dari pengalaman yang
dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mengarahkan, membimbing, dan memerintah
bawahannya.
Kekuasaan dan otoritas tidak dapat dipisahkan seperti
kedua sisi dari suatu mata uang, karena suatu kekuasaan selalu diikuti dengan
otoritas. Power (kekuasaan) adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi orang lain atau kelompok lain supaya mengikuti dan menuruti
keinginan orang/kelompok. Otoritas atau kewenangan adalah dasar pengesahan atau
pengabsahan kekuasaan seorang pemimpin agar dituruti/diikuti secara sukarela.
Seorang pemimpin walau sudah mempunyai skills, kekuasaan
dan kewenangan kadang tidak menjamin keberhasilannya dalam mengarahkan,
memerintah dan membimbing bawahannya. Kadang bawahan menunjukkan sikap kurang menerima dan
malah mengungkit kedudukan kepemimpinannya. Hal ini disebabkan pemimpin
tersebut tidak mempunyai kewibawaan.
Selain hal itu, pemimpin juga menggunakan retorika yang tidak baik kepada
bawahannya dalam menyampaikan tugas, memberi arahan dan perintah. Disini lah
butuh ilmu retorika dalam kepemimpinan, bahasa yang baik, sopan dan santun tersusun
dengan kalimat yang indah dan jelas akan membawa seorang pemimpin dalam
mencapai tujuan yang dia inginkan. Bukan sekedar pandai berbicara, tetapi
juga mampu untuk bertindak langsung
dengan anggota masyarakat atau kelompok dalam menyampaikan apa yang dibicarakan
dan ditugaskan.
Ditinjau dalam pengertiannya retorika adalah
menggunakan seni berbicara dan bahasa yang baik untuk mempengaruhi orang lain
agar orang lain terpengaruh, seperti itu juga dengan kepemimpinan adalah
manajemen atau administrasi dalam mengatur semua tugas, memberi arahan dan
melakukan pengontrolan. Maka dalam kepemimpinan tersebut tidak bisa terlepas
dari retorika, hal ini diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang saling
membutuhkan. Pemimpin dalam menjalankan tugasnya untuk megnatur semua
bagian-bagian sistem,butuh retorika yang baik dan santun. Tanpa retorika
tersebut, orang lain sulit untuk dipengaruhi, dan akhirnya sistem dalam
kepemimpinan itu tidak punya power. Sebagai mana yang dikatakan oleh
Aristoteles, untuk mempengaruhi orang lain dalam berbicara ada tiga cara yaitu:
1. Harus mampu menunjukan kepada
khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya
dan status yang terhormat(Ethos).
2. Harus menyentuh hati
khalayak, perasaan, hati, emosi, harapan, kebencian, kasih dan sayang(Phatos).
3. Meyakinkan khalayak dengan bukti
yang meyakinkan(Logos)[6].
Selain kecakapan kepemimpinan itu dalam hal beretorika seperti
dikemukakan di atas, juga dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan itu tidaklah
akan terlepas dengan retorika. Oleh karena itu kedudukan dan peranan seorang pemimpin sudah
termasuk di dalamnya sebagai komunikator(retorika). Dengan kata lain fungsi seorang
pemimpin itu termasuk instrinsik sebagai retorika. Maka kemampuan kepemimpinan harus juga
diikuti dengan kemampuan retorika, yaitu mempunyai ethos, pathos, dan logos. Selain hal itu, retorika juga menguatkan
fungsinya dalam kepemimpinan yaitu, mengarahkan komunikasi dari pada pemimpin
dengan baik, pada akhirnya mampu menciptakan suasana kepemimpinan yang disegani
dan dihormati oleh khalayak luas.
B.
Faktor-faktor Ethos, Pathos dan Logos
Dalam surat kabar Fikiran Ra’jat pada
tahun 1933 berdasarkan penyelidikan apakah semboyan yang berbunyi”jangan banyak
bicara,tetapi bekerjalah”,benar atau tidak.kesimpulan Manadi ialah bahwa
semboyan tersebut tidak benar.Semboyan kita,menurut nasionalis
tersebut,haruslah:”Banyak bicara, banyak bekerja!”
Pendapat Manadi
itu didukung sepenuhnya oleh Ir.Sukarno dalam artikelnya pada surat kabar yang
sama dengan judul ”Sekali lagi,’Bukan jangan banyak bicara
,bekerjalah!”tetapi’Banyak bicara,banyak bekerja!”Dalam artikelnya itu Bung
karno dengan gayanya yang khas menandaskan betapa pentingnya retorika dengan
mengatakan antara lain:” Titik beratnya,pusatnya kita punya aksi harus terletak
di dalam politiekeb bewustmaking dan politieke actie yakni didalam menggugahkan
keinsyafan politik daripada rakyat dan di dalam perjuangan politik daripada
rakyat.
Memang dalam politik bagi seorang politikus
untuk mencapai reputasi, prestasi,dan prestise
tanpa pengguasaan retorika bagaimana ia bisa
menyebarluaskan idenya pada rakyat dan menanamkan idenya pada benak individu
tanpa retorika. Seorang politikus atau orator harus mampu membawa rakyat kearah yang dituju bersama-sama, apakah itu mengusir penjajah atau mengisi kemerdekaan dengan
berpatisipasi dalam pembangunan.
Terlepas dari
persoalan suka atau tidak suka,senang atau tidak senang kepada Bung Karno, bila
dalam pembahasan”Retorika dalam Kepemimpinan”ini di tonjolkan figur Bung Karno,
ini adalah contoh yang tepat bagi penelaahan retorika sebagai objek studi ilmu retorika.
Sebagai seorang orator politik, siapa pun harus memiliki persyaratan yang meliputi aspek-aspek
psikis dan fisik, aspek teoretis yang
lengkapi kegiatan praktek. Pada diri seorang pemimpin harus ada faktor-faktor ethos,pathos,dan logos .Sejauh
mana faktor-faktor tesebut di miliki Bung Karno sebagai Proklamator Kemerdekaan
Indonesi.
Faktor-faktor ethos, pathos dan logos yang tercakup oleh retorika dapat dijumpai padanya.
Ethos yang merupakan kredebilitas
sumber tidak disangsikan lagikarena jelas perjuangannya untuk tanah air dan
bangsa, jelas pengetahuaanya
berlandaskan pendidikan formal ditambah hasil studi literatur mengenai segala
aspek kehidupan[7].
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Retorika adalah
semua ilmu dasar dalam kepemimpinan, tanpa retorika yang baik seorang pemimpin
tidak bisa membentuk kerjasama yang baik, tidak bisa menatur bawahannya dengan
benar dan tidak mempengaruhi banyak orang untuk berbuat lebih banyak dalam
melakukan sebuah perubahan dan pembangunan.
Pentingnya retorika
dalam kepemimpinan ini membuat seorang pemimpin bisa mengarahkan orang yang
berada dibawahnya, sebagai mana yang di maksut pemimpin adalah orang yang
mengarahkan dan mampu mempengarui bawahannya untuk tujuan tertentu. Retorika
dalam kepemimpinan berada dalam bahasa, etika dan kemampuan pemimpin dalam
mengarahkan orang untuk maksud tertentu.
Retorika dalam
kepemimpinan ada tiga hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu ethos,pathos,dan logos. Tiga faktor ini yang
berperan penting dalam proses retorika kepemimpinan, jika faktor tersebut tidak
dimiliki kemingkinan pengaruh seeorang pemipin terhadap khalayak ramai
berkurang.
B.
Saran
Retorika adalah
seni berbicara dan berbahasa yang baik dan benar, dengan bahasa yang indah dan
juga etika yang baik akan membawa seorang individu berhasil dalam hubungan
sosialnya, maka yang diperhatikan adalah penguasaan bahasa dan penggunaan
bahasa dalam beretorika.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, M. Zazri, 2008, Dasar-Dasar Manajemen. Pekanbaru: SUSUKA PRESS
Effendy UchanaUnong, 2004, Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Rosdakarya
M. Hum Rahmadi Junjana, 2006, Dimensi-Dimensi
Kebahasaan, Yogyakarta: PT. Gelora Aksara
Usman Husen, 1990, Gaya Berbahasa yang Baik dan Seni Berbahasa,
Jakarta: Rineka Cipta
http://developmentcountry.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar