PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semua pembangunan menyangkut bahkan
ditujukan untuk masyarakat. Pembangunan masyarakat tidak
saja bermaksud membina hubungan dan kehidupan setiap orang untuk hidup
bermasyarakat, malainkan juga untuk membangun masyarakat karena setiap satuan
masyarakat mempunyai kekuatan tersendiri
yang disebut community power.
Di Indonesia, pembangunan masyarakat
memegang peranan yang penting sekali, bukan saja karena masyarakat Indonesia
yang Bhinneka atau karena berbagai kelompok penduduk yang dalam bahasa
administrasi pembangunan dinamakan pradesa dan perlu dimasyarakatkan, melainkan
karena hal itu diamanatkan dalam GBHN , disana ditetapkan bahwa pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia.
Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai
modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke
arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan
sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi
dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga
pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai
kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: kemampuan konsumsi yang besar
pada sebagian besar masyarakat, sebagian besar non-pertanian, dan sangat
berbasis perkotaan. Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan
pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan
Barat.
PEMBAHASAN
A. Teori W.W. Rostow
Dalam
teori Rostow di jelaskan bahwa modernisasi merupakan proses bertahap, dimana
masyarakat akan berkembang dari masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap
masyarakat dengan konsumsi tinggi. Rostow membuat distingsi antara sektor tradisional
dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less
developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan
sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk menyebut
kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan
mengandalkan sektor kapitalis modern. Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan
ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana
masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain.
Pembangunan
menurut Rostow dikenal dengan lima tahap pembangunan yaitu:
a.
Masyarakat Tradisional
Ilmu pengetahuan pada masyarakat ini masih belum banyak dikuasai. Karena
itu, masyarakat semacam ini masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang
kekuatan di luar kekuasaan manusia. Manusia dengan demikian tunduk kepada alam, belum bisa menguasai alam. Akibatnya, produksi
masih sangat terbatas. Masyarakat ini cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat
lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi. Tidak ada investasi. Pola dan tingkat
kehidupan generasi kedua pada umumnya hampir sama dengan kehidupan generasi sebelumnya.
b.
Masyarakat Transisional
Masyarakat tradisional,
meskipun sangat lambat, terus bergerak. Pada suatu titik,dia mencapai posisi transisional. Biasanya, keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari
masyarakat yang sudah lebih maju. Perubahan ini tidak datang karena factor-faktor internal masyarakat tersebut, karena pada dasarnya
masyarakat tradisional tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri. Campur
tangan dari luar ini menggoncangkan masyarakat tradisional itu. Di dalamnya
mulai berkembang ide pembaharuan.
c.
Lepas Landas
Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang mengalami proses pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan merupakan sesuatu yang berjalan wajar, tanpa adanya hambatan yang berarti
seperti ketika pada periode prakondisi untuk lepas landas. Pada periode ini,
tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10% dari
pendapatan nasional atau lebih. Juga, industri-industri baru mulai berkembang dengan sangat pesat. Keuntungannya sebagian
besar ditanamkan kembali ke pabrik yang baru. Sektor modern dari perekonomian dengan dmikian jadi berkembang.
Dalam pertanian, teknik-teknik
baru juga tumbuh. Pertanian menjadi usaha komersial untuk mencari keuntungan dan
bukan sekedar untuk konsumsi. Peningkatan dalam produktivitas pertanian
merupakan sesuatu yang penting dalam proses lepas landas, karena proses
modernisasi masyarakat membutuhkan hasil pertanian yang banyak, supaya ongkos
perubahan ini tidak
terlalu mahal.
d.
Bergerak ke Kedewasan
Lepas landas, akan terjadi proses
kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang
surut antara 10% sampai 20% dari pendapatan nasional selalu diinvestasikan ke Bali,
supaya bisa mengatasi persoalan pertambahan penduduk. Industry
berkembang dengan pesat. Negara ini memantapkan posisinya dalam perekonomian
global: barang-barang yang tadinya diimpor sekarang diproduksikan di dalam
negeri; impor baru menjadi kebutuhan, sementara ekspor barang - barang baru mengimbangi impor.
Sesudah 60 tahun sejak sebuah
negara lepas landas ( atau 40 tahun setelah periode lepas landas
berakhir),tingkat kedewasaan biasanya tercapai. Perkembangan industry terjadi
tidak saja meliputi teknik - teknik
produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi. Yang diproduksikan bukan saja terbatas pada barang
konsumsi, tetapi juga barang modal.
e.
Konsumsi Masal Tinggi
Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi tidak lagi terbatas pada
kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri juga berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan
barang konsumsi yang tahan lama.
Pada periode ini, investasi
untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Pada titik
ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa
menopang kemajuan secara terus menerus. Seperti halnya teori-teori modernisasi lainnya,
didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Titik terpenting dalam gerak kemajuan dari masyarakat yang satu ke yang
lainya adalah periode lepas landas.[1]
1) Kelebihan dari Teori Rostow
1. Memberikan
kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1) masyarakat
tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat tinggal
landas, 4) masyarakat kematangan pertumbuhan dan 5) masyarakat dengan konsumsi
biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada
pengambil kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah dan prasyarat dari
pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi
lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang
melatarbelakangi banyak Negara berkembang menerapkan teori ini dalam
pembangunan mereka.
2. Petunjuk
jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh
sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara
tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a. Dana
investasi dari pajak yang tinggi
b. Dana
invesatasi dari pasar uang atau pasar modal
c. Melalui
perdagangan internasional
d. Investasi
langsung modal asing
2) Kekurangan teori Rostow
1. Sering
terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori
ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh
pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah
sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
2. Dengan
dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan
modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif
sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang
akan datang. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat
tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dan
sebagainya
3. Negara
yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari investasi
langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana, pembukaan
tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam bentuk
pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga internasional
seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl Corporation). Pinjaman
juga sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang untuk mendanai
proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan
posisi karena Negara berkembang tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan
Negara asing atau lembaga asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya
sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah Negara berkembang tersebut
tidak lebih hanyalah tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing yang
ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di Negara yang
sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit
untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka sulit menuju
kemajuan yang diharapkan.
4. Tahap
tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan
oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi
problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan
pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah
pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial,
distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat
pada kehancuran yang mendalam seperti misalnya terjadi di Indonesia
B. Teori Max Weber
Pemikiran
max weber yang dapat berpengaruh pada teori perubahan sosial adalah dari bentuk
rasionalisme yang dimilki. Dalam kehidupan masyarakat barat model rasionalisme
akan mewarnai semua aspek kehidupannya. Pada dasarnya orang barat hidup dengan
pola pikiran rasional yang ada perangkat alat yang dimiliki dan kebudayaan yang
mendukung kehidupannya.
Bagi
weber, dalam masyarakat ada pengelompokkan berdasarkan kepentingan tertentu,
yaitu berdasarkan ekonomi, kondisi dan kepentingan sosial dan kepentingan
politik. Dasar dari pengelompokkan itu adalah kesadaran kelas, yang pada
awalnya ada pada kesadaran individu untuk kepentingan bersama.
Konsep
kelas sebetulnya bukan dari kekuasaan ekonomi itu sendiri, munculnya kekuasaan
ekonomi berasal dari power bidang lain (seperti politik). Seringkali keinginan
untuk mendapatkan kekuasaan di tentukan oleh sosial owner, tetapi memang tidak
semua orang butuh kehormatan sosial.
1) Rasionalitas
Meliputi empat model
yang ada dikalangan masyarakat:
a. Tradisional
rationality: perjuangan nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat,
yang sering di kenal adanya aplikasi nilai, setiap kegiatan selalu berhubungan
orientasi nilai kehidupan. Sehingga norma hidup bersama tampak lebih kokoh
berkembang. Contoh: upacara perkawinan yang menjadi tradisi hampir semua
kelompok etnis indonesia.
b. Value
oriented rationality: suatu kondisi dimana masyarakat melihat nilai sebagai
potensi hidup, sekalipun tidak aktual dalam kehidupan keseharian. Kebiasaan ini
didukung oleh prilaku kehidupan agama serta kebudayaan masyarakat yang berakar
dalam kehidupan.
c. Affective
rationality: jenis rational yang bermuara dalam hubungan emosi yang sangat
mendalam, dimana ada relasi hubungan khusus yang tidak bisa di terangkan di
luar lingkaran tersebut. Misalnya: hubungan suami istri, ibu – anak, dan lain-lain.
Jika suami atau istri nyata-nyata bersalah, maka pasangannya selalu berusaha
membantu.
d. Purposive
rationality: bentuk rational yang paling tinggi dengan unsur pertimbangan
pilihan yang rasional sehubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipilihnya.
Dari banyaknya segi rationality hanya ada satu unsur rationalitas yang populer
yang banyak diikuti oleh masyarakatnya, sebagai contoh: rasionalitas ekonomi
seringkali menjadi pilihan utama di banyak masyarakat.
2) Etika
protestan
Reformasi
Protestan yang berlaku pada abad ke-16 dan abad ke-17 telah mencetuskan
pembentukan doktrin Calvinisme yang dilihat berbeda sekali dengan amalan dan
doktrin-doktrin dalam ajaran dan fahaman Katolik Ortodoks yang bersifat kuno
dan konservatif.
Protestan
calvinis, merupakan dasar pemikiran etika protestan yang menganjurkan manusia
untuk selalu bekerja keras, hidup berhemat serta terbiasa menabung. Bagi orang
kristen pandangan ini di pacu karena ada kepanikan dikalangan manusia tidak
masuk sorga. Tuhan hanya akan memberi peluang kepada hambanya yang berani
jujur, berani, dan ulet.
Max Weber
berpendapat bahwa etika Protestan merupakan faktor penting di dalam kejayaan
ekonomi kumpulan Protestan pada peringkat awal-awal kapitalisme berlaku di
Eropa. Karena Calvinisme telah berjaya mengajar masyarakat bahwa pekerjaan
merupakan suatu panggilan dan suruhan Tuhan (calling of God) dan oleh karena
itu masyarakat perlu menghargai masa, bersikap rasional dalam berfikir dan
bertindak, senantiasa berorientasi untuk kejayaan masa depan, sentiasa berhemat
dalam menjalankan kegiatan ekonomi sehari-hari karena hanya merupakan
etika-etika yang amat sesuai dengan doktrin-doktrin dalam aliran Kristen
terutamanya aliran paham Protestan.
Selain itu,
Max juga berpendapat bahwa etika Calvinisme mempengaruhi tindakan golongan
Protestan dalam proses memajukan diri dan masyarakat sebuah tamadun apabila
mereka berupaya untuk keluar dari kepompong agama semata-mata seperti yang ditekankan
oleh golongan katolik di mana hal duniawi dianggap sebagai suatu yang tidak
bermoral sedangkan hakikatnya setiap manusia perlu bijak dalam membagikan hal
keagamaan dan duniawi seperti yang telah ditetapkan oleh aturan alam dan Tuhan
sendiri. Malah pembentukan masyarakat dan kejayaan Kapitalisme di Eropa adalah hasil dari kewujudan etika Calvinisme
dan Protestan yang membuka mata masyarakat supaya tidak hanya mementingkan
hal-hal keagamaan semata-mata.[3]
Weber
membedakan, kalau ajaran katolik seperti yang di ajukan Santo Thomas Aquino,
melihat kerja sebagai suatu keharusan demi kelanjutan hidup, maka calvinisme
melihat kerja sebagai panggilan hidup atau ‘beruf. Bekerja bukanlah sekedar
memenuhi keperluan, tetapi tugas yang suci. Bekerja juga pensucian sebagai kegiatan
agama yang menjamin kepastian akan keselamatan, orang yang tidak bekerja adalah
orang yang mengingkari sikap hidup agama dan melarikan diri dari agama. Sukses
hidup, yang di hasilkan dari kerja keras, bisa pula di anggap sebagai pembenaran
bahwa ia, si pemeluk, adalah orang yang terpilih.
Dengan
demikian terjalinlah hubungan antara etika protestan dengan semangat
kapitalisme, hal ini dimungkinkan oleh proses rasionalisme dunia, penghapusan
usaha magic yaitu suatu manipulasi kekuatan supranatural, sebagai alat untuk
mendapat kekuatan.[4]
Etika
protestan tersebut dijadikan sebagai dasar kepada doktrin yang membantu kepada
perkembangan Kapitalisme di Eropa. Perkembangan Kapitalisme yang wujud telah
menyebabkan negara Eropah memiliki infrastruktur sosial yang baik, ekonomi yang
sangat kukuh yang membantu membentuk proses peradaban tersendiri sesuai dengan
perkembangan dunia pendidikan, pemikiran masyarakat dan kemajuan teknologi
maklumat yang semakin pesat.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembangunan merupakan sebuah proses yang disengaja
menuju perubahan yang telah direncanakan. Dalam pembangunan ada sebuah upaya
yang dilakukan untuk mencapai perencanaa yang telah disusun sedemikian
rupa. Untuk mengetahui bagai mana
pembangunan, maka teori mengenai pembangunan perlu diketahui yaitu teori
pembangunan WW. Rostow dan Max Weber yang menyatakan bahawa proses pembangunan
berbentuk tahapan yang dimulai dari tahap masyrakat tradisonal, transisional,
lepas landas dan konsumsi masal tinggi (Rostow). Lanjut yang dikatan oleh Max
Weber yang dikenal dengan teorinya etika protestan bahwa manusia dituntut untuk
bekerja keras, jujur dan ulet dan ini merupakan perintah dari Tuhan yang harus
diyakini. Untuk hidup bahagia di akhirat maka mereka harus kaya didunia.
2. Saran
Dengan mengenali teori yang dikemukakan oleh Rostow
dan Weber jelaslah bahwa pembangunan bermaksud merubah dari satu keadaan ke
keadaan yang berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Salim Agus.
2002. Teori Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Budiman Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
http// Weber dan Etika Calvinism-Protestanism :
Amirah Binti Sa'don
Tidak ada komentar:
Posting Komentar