PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Bila
kita cermati lingkungan sekitar kita, maka kita mendapatkan perubahan yang
terus terjadi, mungki dalam waktu yang cepet, mungki juga dalam waktu yang
lama. Yang jelas perubahan itu pasti menimbulkan pengaruh kepada masyrakatnya.
Bisa berpengaruh positif dan bisa juga berpengaruh negatif.
Yang
namanya perubahan berarti bersifat dinamis, artinya mengalami pergerakan dari
waktu ke waktu sampai akhirnya nantik mengalami kemajuan (positif) dalam bidang
kesejahteraan masyarakat. (negatif) bisa saja membawa peubahan pada
masyarakatnya justru keadaan masyarakat tidak sejahtera, terjadi karena bencana
alam, kebakara dan lain sebagainya.
Maka
kami penulis merasa tertarik untuk melakuka obserapasi pada Perumnas Bayu Graha, RT 03/ RW 04,
kelurahan Simpang Baru kecamatan Tampan, Panam – Pekanbaru. Di daerah ini
kami tertarik dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya dan bentuk
pisik bangunannya. Perumahan ini jika kita lihat sepeintas, kita menyangka
kehidupannya seperti masyarakat permapungan di suatu daerah. Karena
perubahannya tidak melihatkan ciri-ciri perumnas. Hal itu kami tanyakan dengan
ketua RW 04 kelurahan simpang Baru, yaitu dengan Bapak Agusman Rahim salah seorang
mantan PNS di bidang pertanian, sambil makan kue dan minum, diya menjelaskan
kepada kami perubahan yang terjadi di Perumnas Bayu Graha.
2. Batasan Masalah
Dalam laporan ini, penulis membahas masalah perubahan yang
terjadi di masyarakat Perumahan Bayu Graha, RT 03/ RW 04, kelurahan Simpang
Baru kecamatan Tampan, Panam – Pekanbaru. Yang menceritakan bagian-bagian
perubahannya.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perubahan Sosial
Sebelum
kita membahas masalah perubahan yang terjadi di masyarakat khususnya
masayarakat di peumnas Bayu Graha, maka terlebih dahulu kita memahami masalah
peruhan sosial, yang berangkat dari sebuah pengertian. Jika pengertian atau
konsep teori kita pahami maka dalam mencari perubahan yang terjadi di
masyarakat, kita dengan mudah mendapatkan dan merumuskan perubahan itu.
Perubahan
sosial adalah proses perubahan atau pergeseran yang terjadi dalam masyarakat,
baik struktur masyarakatnya, pola sosialnya dan proses sosialnya dalam jangka
waktu yang lama. Perubahan itu bisa terjadi kearah yang lebih baik, bisa juga
ke arah yang buruk yang sifatnya merugikan pada masyarakat. Menurut Selo
Soemarjan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang dipengaruhi oleh sistem sosial, termasuk didalamnya
nilai-nilai, sikap dan pola prilaku yang ada dalam masyarakat.
Perubahan
sosial ini, ada yang terjadi secara alami dan buatan, secara alami terjadi
karena aktivitas alam yang terus bergerak dan menimbulkan dampak kepada
masyarakat yang dinamakan bencana alam, dengan adanya bencana alam, masyarakat
akan mengalami perubahan, dari segi fisik masyarakatnya akan kehilangan tempat
tinggal, mata pencaharian, dan harta benda. Kehidupan mereka yang tadinya
kaya akan mengalami kemiskinan dengan
adanya bencana alam. Bukan itu saja tetapi struktur masyarakatnya akan berubah,
proses sosialnya apa lagi. Ada perubahan yang terjadi secara buatan yaitu
melalui perencanaan. Misalnya habis bencana dibangun rumah baru tempat
pemukiman penduduk. Tentu dengan pola dan keadaan masyarakat yang baru. Dapat
juga dimisalkan pembuatan lahan perumahan, yang tadinya hutan, dengan melihat
keadaan penduduk yang makin berkembang dan mengalami kemajuan, akhirnya
dibangunlah yang namanya perumnas. Daerah yang tadinya semak belukar, hutan
rimba akan berubah menjadi perumahan yang dihuni oleh penduduk dengan kebutuhan
mata pencaharian yang tidak berapa jauh dari tempat itu.
Setiap
perubahan sering diikuti oleh perubahan budaya,
mengapa tidak masyarakat yang tadinya berasal dari sekelompok kecil
dengan budaya dan suku yang sama, maka dengan jangka waktu yang lama, maka secara berangsur-angsur masyarakat
baru akan bertambah dan mendiami tempat atau perumnas itu. Dengan demikian,
munculnya kelompok baru, kemudian bergabung dengan kelompok yang sudah lama
menetap, bisa kemungkinan kelompok baru ini saling mempengaruhi, tergantung
kelompok mana yang lebih dominan mendiami suatu wilayah itu.
Ketika
kita berbicara perubahan sosial dengan perubahan budaya, maka di satu sisi
orang banyak menyamakannya. Tetapi sesungguhnya berbeda. Perubahan sosial
adalah perubahan yang terjadi pada struktur sosial, pola sosial, proses sosial,
lapisan sosial dan stratipikasi soail. Sedangkan perubahan kebuyaan adalah
perubahan yang terjadi pada pola fikir serta ide-ide dalam masyarakat. Dari
pengertian ini maka dapat di artikan bahwa perubahan sosial itu perubahan yang
terjadi pada masyarakat secara berkelompok dan interaksinya dalam kelompok,
namun perubahan itu bisa diikuti oleh perubahan budaya yang menyebabkan
perubahan pola fikir masyarakat dalam menyikapi suatu permasalahan.
Bila
kita melihat pada masyarakat perumnas, perubahan dalam struktur dan pola
interaksi masyarakat serta kebudayaan
bisa saja terjadi. Namun hal itu di pengaruhi oleh satu budaya yang
paling dominan yang berada di perumnas itu, misalnya dalam perumnas itu di huni
oleh masarakat yang mempunyai suku yang sama, misalnya jawa. Maka kebiasaan
atau budaya yang sering digunakan adalah kebiasaan jawa yang lebih cenderung
hidup bersosialisasi dengan tetangga dan cenderung rajin dalam bekerja. Interaksinya
pun agak kejawaan dan punya nilai budaya tersendiri yang mengikat mereka.
Untuk
lebih lanjutnya, penelitian lapangan harus kita lakukan agar bentuk perubahan
seperti apa yang terjadi dalam masyaraka
dapat diketahuit. Yang jelas perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat
mempunyai dampak positif dan dampak negatif, dampak positif akan membawa
masyarakat kearah kemajuan, namun dengan kemajuan itu, tersisa juga dampak
negatif dari yang dilakukan dan yang dikerjakan masyarakat.
Untuk
itu dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai perubahan sosial yang
terjadi di Perumnas Bayu Graha, RT 03/ RW 04, kelurahan Simpang Baru kecamatan
Tampan, Panam – Pekanbaru.
B. Sejarah Perumnas Bayu Graha
Perumnas Bayu Graha berdiri dan
dibagun pada tahun 2000, lebih kurang 11 tahun sampai sekarang. Perumahan ini
dahulunya terletak di daerah yang panam ketika itu belum mengalami
perkembangan, tapi sudah ada rancangan perkembagan, banyak penduduk dari luar daerah
hijrah dan bermukim disana dengan membuat sebuah tempat tinggal yang boleh kami
katakan bebentuk gubuk. Pada masa itu panam masih lebat hutannya, sehingga
masyarakat yang tadinya bermukim disana, juga menjalankan kewajibannya sebagai
manusia dalam mencari nafkah dan terbuka lah lahan itu.
Dengan semakin bertambahnya
penduduk, dan terdapatnya sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat disana,
akhirnya menarik peminat para pengusaha untuk membuat perumnas dengan tipe 3 x
6. Akhirnya penduduk tadi mulai mendiami suatu rumah hunian baru disana.
Awalnya masyarakatnya mulai tekan kontrak kredit rumah hanya beberapa KK,
karena kesulitan ekonomi juga yang membuat mereka tidak sanggup untuk
menghuninya. Namun dengan berjalannya waktu, tahun ke tahun akhirnya Perumnas
Bayu Graha di padati penduduk. Awalnya masuk 5 KK dari suku Minang, kemudian
bertambah 2 KK melayu, Kemudian bertambah 3 KK lagi dari suku batak, hal ini
terus berlanjut sampai perumahan itu terisi semua, sampe sekarang Perumnas bayu
Graha mencapai 76 KK. 80% masyarakat perumnas ini ber agama islam. 20%
masyarakatnya beragama kristen. Penduduknya rata-rata 25% PNS, selebihnya
wiraswasta.
C. Perubahan Dibidang Ekonomi
Pada awal berdirinya perumnas ini,
masyarakat dengan perekonomian miskin banyak menjadi petani kecil-kecilan, dari
hasil panenya, masyarakat menjualnya kepasar dan membeli barang kebutuhan rumah
tangganya. Pengahsilan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja,
namun masyarakat dikatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan primer, atau memiliki
uang simpanan.
Pada masa itu panam belum mengalami
kemajuan seperti sekarang ini, pada akhirnya masayarakat yang tadinya lama
menetap dan mencari pekerjaan ketempat lain, dari penghasilan itu mereka tabung
kemudian mereka mendirkan sebuah warung kecil kecilan yang menjual barang
kebutuhan pokok rumah tangga.
Bila di lahat data yang ada
sekarang masyarakatnya sudah banyak
menjadi wira usaha, bukan saja bejualan di sekitar perumahan lagi, tettapi
sudah menyewa ruko dan tempat berjualan di pasar pagi panam. Di samping itu,
masyarakatnya juga ada yang PNS dengan penghasilan perbulannya menetap, dari
segi ekonomi masayarakat yang dulu dikatakan miskin, sekrang sudang menjadi
tahab perkembangan yang tidak saja lagi mampu mencukupi kebutuhan primernya,
tetapi kebutuhan sekundernya juga sudah terpenuhi.
D. Perubahan Dalam Bidang
pendidikan
Pada tahun 2000, yaitu awanya
masyarakat mulai menempati perumnas Bayu Graha, pendidikan masyarakatnya masih
menim, banyak diantara mereka yang tamat SD, meskipun ada juga yang tamat SMP
atau sederajat. Namun, dengan makin bertambahnya warga baru di pemukiman ini
menambah volume tingkat pendidikan, sekrang sudah ada warga baru masukyang
lulus S1 (PNS), mereka menetap bersama istri dan anaknya.
Walaupun demikian, orang tua yang
tadinya hanya tamat SD atau SMP, mereka dapat
memajuka pendidikan anak-anak mereka yang sekarang banyak duduk di
bangku sekolah tingkat SMP atau sederajat. Hal itu dapat dilihat dengan
berdirinya sekaolah-sekolah di sekitar perumahan dari berbagai tingkatan,
mereka dengan mudah dapat menyekolahkan anaknya, tida perlu lagi membayar
ongkos mahal, tetapi cukup dengan berjalan kaki anak-anak mereka sampai
kesekolah. Kemungkinan beberapa tahun mendatang masyarakat nya disi bukan mnim
lagi pendidikannya, tetapi berubah menjadi perubahan yang diisi oleh
orang-orang yang beragam tingkat pendidikannya, dan hal itu akan memepengaruhi
tingkat hubungan sosialnya atara masyarakat yang satu dengan amsyarakat yang
lain.
E. Perubahan Dari Segi Budaya
Salah satu suku yang pertama masuk
perubahan ini adalah suku minang dari Sumatra Barat, yaitu suku pariaman.
Mereka hijrah dari kampung halaman mereka dengan maksut mencari kehidupan baru. Awalnya mereka Cuma
beberapa KK, tetapi lama kelamaan, orang yang sekampung dengan mereka mulai
mengikut dan bertangan. Sebagaimana yang kita ketahuim suku ini suka sekali
merantau dan suka bekerja. Dengan waktu yang lama akhirnya mereka mendomisili
peru. mnas ini, walaipun ada beberapa orang melayau, orang batak (Batak islam)
dan orang Bankinang, tetapi itu menjadi kelompok yang minoritas. Akhirnya,
krana segala aktifitas wira usaha banyak dilakukan oleh orang minang,maka
kebudayaan yang cenderung digunakan kebudayaan minang. Seperti dari segi bahasa
yang mencolok adalah bahasa minang, adat bertetangga yang rukun dan bertegur
sapa, adat sakit saling melihat dan membantu.
Yang mengalami perubahan, dahulunya
mereka yang berasal dari minang ketanl dengan adat mereka, tetapi dengan waktu
yang lama, akhirnya mereka meninggalkan kebiasaan mereka, seperti memakai baju
yang sopan, tetapi sekarang tidak lagi ibu-ibu dan remajanya sudah meninggalkan
budaya aslinya dari segi pakaian, mereka cenderung mengikuti perkembangan
zaman, artinya disini terjadi perubahan sosial, yang dipengaruhi oleh
kebudayaan asing yang datang dari luar.
F. Perubahan Pada Kesehatan
Perubahan
dalam bidang ini, mungkin tidak pada kesehatannya langsung, karna kesehatan
pada masa awal perumnas ini sulit di dekripsikan secara jelas dan pasti, tapi
dapat kita lihat dari pasilitas kesehatan yang ada.
Di Perumnas ini telah berdiri banyak
sekali klinik dokter 24 jam dan puskesmas. Dulu masyarakatnya kalau dalam
keadaan sakit, mereka harus pergi kerumah sakit Umum Daerah, proses melahirkan
pun pergi kesana. Mungkin ini dikatakan susah dalam bidang kesehatan, mereka
harus menahan sakit dahulu baru sampai kerumah sakit. Tapi sekarang dengan
hadirnya klinik 24 jam dan puskesmas, mereka merasa terbantu dan di mudahkan
dalam kesehatan ketika mereka mengalami sakit.
G. Perubahan Pada Pisik Perumnas
Perumbanas Bayu Graha ini memiliki
tipe rumah dengan ukuran 3 x 6, dengan di pasilitasi dua kamar dan satu ruang
tengah. Halaman rumah yang tidak begitu lauas. Sebelah barat berbatasan dengan
jalan Garuda Ssakti, sebelah timur dengan salah satu PT.Sabun Atau SPBU. Utara
dengan jalan HR.Subrantas dan sebelah selatan dengan hutan.
Ketika lahan ini dubuka
masyarakat, masyarakat menebangi hutan
yang begitu besar dan rawa. Disitulah masayarakat berdiam dan mencari kebutuhan
makanan. Setelah lahan ini menjadi proyek perumahan oleh para punya modal, maka
lahan ini disulap menjadi perumbahan
sederhana yang layak huni, kita bisa melihat bangunan baru itu masih kelihatan
gersang dan belum ada pepohonan yang hidup. Dengan munculnya ide dari
masyarakat, akhirnya masyarakat mulailah menanam pohon di pekarangan rumahnya
masing-masing sehingga kelihatan hijau. Sumur resapan dibangun disetiap rumah
dan mengalir di sepanjang perumahan. Jika keadaan sekarang, maka sumur resapan
itu sudah ada yang mengalami kedangkalan akibat tidak di bersihkan, ada juga
yang tertimbun oleh material pasir bagunan.
Perubahan pada bentuk bangunan
rumah, kalau sekarang hanay tinggal 20% yang masih bangunan asli, kebanyakan
warga memperbaharui dari bentuk bangunan itu, ada yang di tambah pariasinya,
ada yang di tambah ukuran lebarnya, ada yang rubah warna dan bentuk halannya,
tergantung dari pada kehendah si pemilik rumah. Ada yang beru pindah 2 hari
langsung melakukan prubahan terhadap struktur bangunan rumah. Sehingga sekarang
tidak ada kesamaan antara rumah yang satu dengan yang lain, dan bila kita
melihatnya tidak seperti peruhan lagi, sudah seperti pemukiman masyarakat desa,
karna ciri-ciri dari perumahan tadi sudah hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar